REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chief of Community & Parnership Du Anyam dan Krealogi Hanna Keraf mengatakan bahwa pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) saat ini membutuhkan kehadiran agregator agar produk mereka bisa menembus hingga pasar global. UMKM membutuhkan agregator untuk meraih peluang pasar global dengan lebih efektif karena bergantung pada platform digital atau agregator.
“Ketika jumlahnya menjadi banyak, ongkos kirim jadi lebih murah karena produk yang dikirimkan juga banyak,” kata Hanna di Jakarta, Kamis (21/9/2023).
Menurut Hanna, UMKM dapat memanfaatkan infrastruktur yang sudah ada untuk mencapai pelanggan di seluruh dunia, mengurangi beban logistik, dan meningkatkan eksposur produk mereka.
Hanna mengatakan, dengan cara tersebut UMKM dapat mengatasi beberapa hambatan masuk ke pasar global, seperti distribusi, pemasaran, dan kehadiran secara daring sehingga memungkinkan mereka untuk bersaing secara lebih efisien dalam skala global yang lebih luas.
“Di Indonesia sendiri ada 95 sampai 96 persen dari struktur UMKM itu ada di level ultra mikro dan mikro. Mereka ini individu individu terpisah, jadi peran agregator menjadi penting untuk mengkonsolidasi produk produk yang sejenis,” katanya.
Meski begitu, Hanna menyebut bahwa menjadi UMKM tidak selalu harus bermaksud tumbuh menjadi perusahaan besar; yang penting adalah terus berinovasi, meningkatkan kualitas produk atau layanan, dan berfokus pada profesionalisme.
Hanna mengatakan, dengan menjaga standar yang tinggi dalam operasional dan hubungan dengan pelanggan, UMKM dapat membangun reputasi yang kuat, meningkatkan loyalitas pelanggan, dan memastikan kelangsungan bisnis jangka panjang.
Dia menyampaikan bahwa UMKM harus bisa berperan penting dalam memajukan industri lokal dengan menjual produk mereka atau berkolaborasi dengan industri lain di daerah, termaksud memanfaatkan media sosial.
Menurut Hanna, kolaborasi dan integrasi antara UMKM dan industri lokal dapat menciptakan kesempatan baru, memperluas pangsa pasar, dan meningkatkan daya saing daerah tersebut secara keseluruhan, menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan inklusif.
“Misalnya soal pariwisata yang sedang ditingkatkan, teman teman UMKM yang ada di daerah seperti di Labuanbajo, Danau Toba daerah daerah yang menjadi Destinasi prioritas, bisa melihat industri pariwisata di daerah tersebut sebagai pasar mereka,” kata Hanna.
Dia mengajak agar pelaku UMKM dapat menghindari repetisi produk atau layanan yang sudah ada dan lebih fokus pada inovasi, karena dengan menghasilkan karya yang unik dan berkualitas, UMKM dapat menonjol dalam pasar yang kompetitif.
Dia menambahkan bahwa konsistensi dalam inovasi dan peningkatan akan membantu UMKM mempertahankan minat pelanggan, membangun merek yang kuat, dan mengatasi tantangan sporadis yang dapat muncul dalam bisnis mereka.
“Teman-teman UMKM itu banyak fokusnya hanya bikin produk yang cantik dan suka mengikuti produk yang lain. Jadi kaya sporadis, ini yang menjadi tantangan, jadi harus buat produk baru dan inovatif,” kata Hanna.