Selasa 19 Sep 2023 19:54 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi Daya Tarik Eksportir Eropa

Jerman, Swiss, Austria kerja sama dengan Indonesia untuk tingkatkan arus perdagangan.

Konferensi Pembiayaan Ekspor yang digelar di Jakarta pada Selasa (19/9/2023).
Foto: Yvonne Pusch/CFO/SERV.
Konferensi Pembiayaan Ekspor yang digelar di Jakarta pada Selasa (19/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi daya tarik yang luar biasa untuk eksportir dari Benua Eropa, khususnya Jerman, Austria, dan Swiss. Karena itu, tiga negara tersebut memandang perlu mengambil langkah penting secara bersama-sama untuk meningkatkan arus perdagangan antarnegara.

Melalui Badan Kredit Ekspor (ECA) resmi Euler Hermes (Jerman), OeKB (Austria), dan SERV (Swiss), ketiga negara tersebut mempertemukan perwakilan dari politik dan ekonomi dalam agenda Konferensi Pembiayaan Ekspor yang digelar di Jakarta pada Selasa (19/9/2023).

Konferensi yang dimoderasi oleh Yvonne Pusch, CFO, SERV Switzerland, tersebut melibatkan lebih dari 200 peserta. Mereka secara bersama-sama membahas berbagai peluang dan strategi untuk mengoptimalkan arus perdagangan antarnegara.

Direktur Eksekutif EKONID (Perkumpulan Ekonomi Jerman-Indonesia) Jan Ronnfeld mengatakan, konferensi ini sangat spesial karena dalam 25 tahun kehidupannya di Indonesia, ini pertama kalinya tiga negara yang berbahasa Jerman, yaitu Jerman, Austria, dan Swiss, bergabung untuk mengadakan konferensi di Indonesia.

Di tengah risiko ekonomi global dan ketidakpastian geopolitik, lanjut Ronnfeld, menjalin hubungan ekonomi yang erat dan mendorong semua peluang perdagangan dan investasi bilateral menjadi hal yang sangat penting. "Hal ini sangat bergantung instrumen keuangan yang mumpuni," ujar dia dalam keterangan tertulisnya, Selasa (19/9/2023).

Salah satu komponennya, kata Ronnfeld, adalah penggunaan alat promosi ekspor yang disediakan oleh lembaga kredit ekspor pemerintah. Tujuan konferensi ini adalah untuk meningkatkan hubungan bisnis antara Indonesia dan perusahaan-perusahaan dari ketiga negara tersebut. "Sebagaimana pengusaha saat ini beroperasi dalam situasi yang semakin berisiko dari segi ekonomi maupun dari segi geopolitik, semakin penting pula adanya lembaga ECA (Export Credit Agency) yang dapat mengamankan aliran dana demi kelangsungan usaha."

Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Austria untuk Indonesia Thomas Loidl menambahkan, besar artinya bahwa ketiga ECA ini memutuskan untuk bersama-sama mengadakan konferensi ini di Indonesia. “Indonesia adalah sebuah kekuatan ekonomi global dan memiliki peran yang semakin penting di kancah politik global,” jelasnya.

Menurut Loidl, selain sukses mengadakan pertemuan G20 tahun lalu, serta KTT ASEAN baru-baru ini, ekonomi Indonesia dalam 20 tahun terakhir juga telah melahirkan kelas menengah yang semakin besar dan makmur. “Di tengah sulitnya tantangan ekonomi global, dalam pandangan saya, prospek Indonesia tetap positif dan menjanjikan,” tegas Loidl.

Dalam mengikuti kebijakan ekonomi pemerintahnya, lembaga kredit ekspor memastikan aliran pembayaran yang aman dengan mengasuransikan eksportir terhadap kerugian kredit macet yang disebabkan oleh faktor ekonomi atau politik dan, dalam banyak kasus, memungkinkan pembiayaan penjualan yang diperlukan untuk suatu transaksi.

Produk ECA yang ditawarkan mencakup seluruh rantai nilai transaksi ekspor, mulai dari produksi dan pengiriman hingga pembayaran cicilan akhir.

Pada konferensi tersebut, dipaparkan tiga alasan pentingnya mengamankan proyek jangka panjang melalui lembaga kredit ekspor. Pertama, mengurangi rata-rata biaya utang bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia sehingga memberikan insentif kepada bank-bank internasional untuk meningkatkan kehadiran mereka di Indonesia.

Kedua, ECA memberikan dukungan di semua sektor. ECA mampu mendukung transaksi mulai dari jumlah yang sangat kecil hingga proyek infrastruktur atau investasi perusahaan yang sangat besar.

Ketiga, ECA sangat berkomitmen untuk mendukung “proyek ramah lingkungan”. Perubahan iklim memerlukan investasi besar untuk mencapai tujuan dekarbonisasi.

ECA berkomitmen untuk mendukung “proyek ramah lingkungan” baik dengan memberikan nasihat mengenai insentif tertentu atau menyusun dukungan seputar risiko komersial dan teknis tertentu yang terkait dengan proyek tersebut. Dengan opsi pembiayaan ini, lembaga kredit ekspor mengembangkan praktik terbaik di Indonesia.

Konferensi tersebut diusung sebagai babak baru hubungan perdagangan bilateral antara Indonesia, Jerman, Austria, dan Swiss dalam memanfaatkan segala peluang kerja sama.

Dalam konferensi tersebut, perusahaan, bank, dan lembaga pemerintah Indonesia mendapatkan kesempatan untuk mengenal langsung instrumen promosi ekspor. Pertemuan tatap muka dapat memfasilitasi penjajakan peluang terhadap sebagian besar opsi pembiayaan yang disediakan oleh ketiga ECA untuk proyek-proyek di Indonesia yang masih belum dimanfaatkan.

Acara tersebut turut dihadiri beberapa perwakilan dari institusi ekonomi dan pemerintahan Jerman, Swiss, dan Austria yang aktif beroperasi di Jakarta. Di antaranya Direktur Eksekutif Kamar Dagang dan Industri Jerman (AHK Indonesia/EKONID) Jan Roennfeld, Commercial Counsellor Advantage Austria Jakarta Sigmund Nemeti, serta Ketua Swiss Business Hub Indonesia Roger Zbinden.

Selain itu, hadir pula wakil kedutaan masing-masing negara untuk Indonesia, yaitu Dr Thomas Graf (Wakil Duta Besar dan Kepala Bagian Ekonomi Kedutaan Jerman untuk Indonesia), Dr Thomas Loidl (Duta Besar Kedutaan Austria untuk Indonesia), serta Olivier Zehnder (Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Timor-Leste dan ASEAN).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement