REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (Core) Indonesia, Mohammad Faisal memproyeksikan tren surplus neraca perdagangan Indonesia perlahan akan menipis. Pada Agustus 2023, surplus neraca perdagangan Indonesia masih berlanjut mencapai 3,12 miliar dolar AS.
"Kita tidak akan melihat penyusutan neraca perdagangan atau penyusutan ekspor secara drastis," kata Faisal kepada Republika.co.id, Jumat (15/9/2023).
Dia menuturkan, hal tersebut dikarenakan harga komoditas pada umumnya sedikit demi sedikit mulai melemah. Untuk itu, Faisal menilai hal tersebut perlu diantisipasi oleh pemerintah.
"Ini bisa diantisipasi dengan mendorong ekspor manufakturnya termasuk hilirisasi supaya ekspornya tetap bahkan meningkat menggantikan dari ekspor komoditas yang harganya melemah," jelas Faisal.
Faisal menambahkan, nilai impor pada Agustus 2023 turun lebih banyak yang dipengaruhi impor migasnya yang diprediksi bulan selanjutnya akan meningkat kembali. faisal menggarisbawahi, impor konsumsi justru mengalami peningkatan namun impor bahan baku dan barang modal justru mengalami penurunan.
"Ini perlu diperhatikan dari sisi impor. Jadi artinya walaupun surplus melebar tapi ini karena impor yang turun. Sementara impor barang konsumsi justru mengalami peningkatan secara bulanan," ungkap Faisal.
Di sisi lain, Faisal mengatakan ekspor Indonesia banyak terbantu terutama di China dan India yang merupakan negara tujuan ekspor besar. Kebutuhan kepada energi juga lebih besar sehingga batubara ada peningkatan permintaan.
"Tapi kita berharap tentunya bukan di komoditasnya saja tapi juga industri turunan terutama ekspor manufaktur. Ini akan membuat dia lebih berkelanjutan," ucap Faisal.
BPS mencatat nilai ekspor pada Agustus 2023 mencapai 22 miliar dolar AS lebih besar dibandingkan impor. Impor pada Agustus 2023 mencapai 18,88 miliar dolar AS yang turun 3,53 persen dibandingkan Juli 2023.
Selain itu, impor migas pada Agustus 2023 mencapai 2,66 miliar dolar AS atau turun 15,01 persen dibandingkan Juli 2023. Sedangkan impor nonmigas 16,22 miliar dolar AS atau turun 1,34 persen.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan selama Januari hingga Agustus 2023, nilai ekspor mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. "Penurunan ini utamanya disumbang oleh penurunan nilai ekspor pertambangan, seiring dengan tren penurunan harga komoditas tambang di pasar global," ungkap Amalia.
Total nilai impor selama Januari hingga Agustus 2023 juga mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penyumbang utama penurunan tersebut adalah penurunan nilai impor bahan baku atau penolong.