REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar mengatakan salah satu buah hasil dari langkah hilirisasi yag dilakukan pemerintah Indonesia mampu meningkatkan perekonomian di Indonesia. Jika semula sentral ekonomi berada di Jawa, setelah kebijakan hilirisasi justru pertumbuhan ekonomi di luar Jawa jadi tumbuh signifikan.
"Dulu, investasi tersentral di Jawa. Namun saat ini porsi investasi di luar jawa menyentuh 58 persen, sedangkan di jawa 42 persen," ujar Luhut dalam Indonesia Sustainable Forum (ISF), Kamis (7/9/2023).
Luhut menjelaskan sebelum kebijakan hilirisasi, pemerintah hanya mengantongi dari 2 miliar dolar AS–3 miliar dolar AS per tahun dari pengelolaan bahan tambang dan mineral di Indonesia. Namun, usai melakukan kebijakan hilirisasi 2022 Indonesia berhasil mengantongi 34 miliar dolar AS.
"Itu hanya dari aspek besi dan baja, belum komoditas lain yang memang menjadi potensi besar Indonesia. Kami akan terus membangun ini dan juga infrastruktur pendukungnya sehingga bisa memberikan manfaat lebih bagi bangsa dan negara," ujar Luhut.
Luhut mencatat, pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki pusat pengolahan nikel Morowali mengalami kenaikan pesat. Rata-rata pertumbuhan ekonomi provinsi itu pada 2001 hingga 2014 hanya 7,5 persen, tapi sejak hilirisasi nikel dilakukan pada 2015 pertumbuhan ekonomi meningkat pesat menjadi rata-rata 11,7 persen dari 2015 hingga 2022.
Sedangkan, Maluku Utara yang memiliki pusat pengolahan nikel Pulau Obi. Pertumbuhan ekonominya di tahun 2001 hingga 2018 rata-ratanya cuma 5,7 persen. Namun, sejak hilirisasi dilakukan pada 2019 hingga 2022 rata-rata pertumbuhan ekonomi naik menjadi 12,9 persen.
"Selain itu angka kemiskinan di wilayah yang melakukan hilirisasi ini juga menurun. Itu hal yang penting," kata Luhut.