Jumat 01 Sep 2023 20:03 WIB

OJK: Transformasi Digital Jadi Solusi Pertumbuhan Bisnis BPD

Transformasi digital mampu meningkat bisnis dan memperluas jangkauan BPD

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut transformasi digital menjadi hal penting bagi industri perbankan. Hal ini utamanya bagi Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang menghadapi berbagai tantangan.
Foto: ADITYA PRADANA PUTRA/ANTARA FOTO
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut transformasi digital menjadi hal penting bagi industri perbankan. Hal ini utamanya bagi Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang menghadapi berbagai tantangan.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut transformasi digital menjadi hal penting bagi industri perbankan. Hal ini utamanya bagi Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang menghadapi berbagai tantangan.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan BPD bisa melakukan pengembangan produk dan layanan digital. Hal ini akan meningkatkan bisnis BPD, memperluas jangkauan kepada nasabah serta mampu meningkatkan dana murah.

"Peran BPD sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi daerah sangat penting. Transformasi digital bisa menjadi salah satu solusi," ujarnya saat webinar BPD Seluruh Indonesia Corporate Digital Culture: Digital Transformation Leader, Kamis (31/8/2023).

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) Supriyatno menambahkan pihaknya juga telah mendorong BPD untuk mengikuti perkembangan digital.

Menurutnya, transformasi digital menjadi urgent diaplikasikan oleh BPD seluruh Indonesia. "Pasalnya, transformasi digital diyakini akan menjaga BPD tetap tumbuh dan berkembang, serta menjadi soko guru di daerahnya masing-masing," ucapnya.

Direktur Utama PT Penyelesaian Transaksi Elektronik Nasional Arianto Muditomo menambahkan transformasi digital bukan lagi soal teknologi, namun untuk memberdayakan karyawan dan memuaskan nasabah.

“Transformasi yang dilakukan ditujukan bagi sumber daya manusia, harus mengembangkan digital talent, dan meningkatkan kecerdasan leader terkait digital,” ucapnya.

Dia melanjutkan, peran leader menjadi kunci bagi keberhasilan transformasi. Seorang leader harus memiliki pemahaman digital, juga harus beradaptasi dengan budaya baru yang ada saat ini, dan tuntutan yang berbeda dari masa sebelumnya.

“Sedangkan untuk soal teknologi tidak menjadi prioritas utama, karena pengembangannya bisa dilakukan ataupun berkolaborasi dengan pihak ketiga. Pengembangan teknologi juga harus disesuaikan dengan kebutuhan nasabah, dan tentu harus bisa memuaskan nasabah,” ucapnya.

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) OJK per April 2023, laba bersih BPD sebesar Rp 4,31 triliun. Angka ini merosot 15 persen secara tahunan sebesar Rp 5,08 triliun pada April 2022.

Perlambatan pertumbuhan laba BPD disebabkan adanya tren kenaikan suku bunga serta pengetatan likuiditas yang dilakukan oleh bank sentral. Himpunan dana mahal (deposito) dalam portofolio dana pihak ketiga juga menjadi faktor yang memperlambat laju pertumbuhan laba BPD.

Mengacu pada data SPI, total akumulasi simpanan rupiah BPD per April 2023 sebesar Rp 730,39 triliun. Adapun simpanan deposito tercatat paling tinggi sebesar Rp 329,82 triliun, tabungan sebesar Rp 201,90 triliun, dan giro sebesar Rp 198,66 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement