Selasa 29 Aug 2023 09:20 WIB

IHSG Lanjutkan Penguatan Seiring Turunnya Imbal Hasil Obligasi AS

IHSG menguat 0,31 persen ke level 6.943,18.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pengunjung mengamati data saham melalui aplikasi IDX Mobile di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengunjung mengamati data saham melalui aplikasi IDX Mobile di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan penguatan pada perdagangan pagi ini, Selasa (29/8/2023). IHSG menguat 0,31 persen ke level 6.943,18 setelah naik 0,38 persen pada penutupan perdagangan kemarin. 

Kenaikan IHSG sejalan dengan pergerakan indeks saham di Asia. "Indeks saham di Asia pagi ini sibuka menguat mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street semalam yang di tutup naik," kata Phillip Sekuritas Indonesia. 

Baca Juga

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasuries) bergerak turun dari level tertingginya yang tercipta minggu lalu.  Yield US Treasury Note bertenor 10 tahun turun tiga bps menjadi 4,21 persen, sementara yield US Treasury Note bertenor dua tahun  turun 17 bps menjadi 5,04 persen.

Acara lelang US Treasury Note bertenor dua tahun dan lima tahun mengundang tawaran yield paling tinggi sejak krisis finansial global 2008. Refleksi dari aksi jual yang masih berlangsung di pasar obligasi AS sebagai antisipasi kenaikan suku bunga lanjutan oleh bank sentral AS (Federal Reserve).

Investor mengantisipasi rilis sejumlah data ekonomi minggu ini yang dapat memberi petunjuk mengenai arah kebijakan moneter yang akana di ambil bank-bank sentral di dunia. Fokus perhatian akan tertuju pada rilis data Non-Farm Payrolls (NFP) AS.

Pelaku pasar berkspektasi pertumbuhan tenaga kerja dan kenaikan upah di AS akan melambat di Agustus. Ini mengindikasi berkurangnya risiko inflasi sehingga memperkecil desakan bagi Federal Reserve untuk melanjutkan kenaikan suku bunga acuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement