REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI Arifin Tasrif menekankan pentingnya kawasan ASEAN menjadi pusat industri yang memproduksi kendaraan listrik global untuk mendukung pencapaian netralitas karbon pada 2050-2060.
"Kita harus bekerja keras untuk mendorong industri kendaraan listrik dan membuat ASEAN menjadi pusat produksi global," katanya secara virtual pada Forum Energi Asia Timur di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin (21/9/2023).
Badan Energi Internasional (IEA) menyebutkan permintaan energi di ASEAN diperkirakan tumbuh tiga persen pada 2030, yang tiga perempat dari permintaan itu, menggunakan bahan bakar fosil.
Akibatnya, seperti yang disebutkan dalam outlook IEA edisi kelima, emisi karbon di ASEAN diperkirakan tumbuh hingga 35 persen dari 2020.
Untuk itu, Arifin mengingatkan pada KTT ASEAN ke-42 2023 di Labuan Bajo, NTT, negara-negara di kawasan Asia Tenggara telah menyepakati kendaraan listrik menjadi upaya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan dekarbonisasi di sektor transportasi darat.
Untuk itu, dia melanjutkan, teknologi menjadi kunci penting dalam transisi energi guna mencapai netralitas karbon.
"Kita harus memperkuat kemitraan untuk meningkatkan variasi yang besar dari teknologi, membuka akses terhadap teknologi dan yang terpenting menciptakan akses yang sama untuk menjangkau teknologi dan pembiayaannya," kata Menteri ESDM kepada para delegasi.
Di sisi lain, ia menambahkan, untuk mendukung netralitas karbon, juga perlu upaya lain selain kendaraan listrik, di antaranya sertifikasi gedung yang mengimplementasikan upaya ramah lingkungan dan hemat energi.
Kemudian, efisiensi energi di sektor industri melalui elektronifikasi misalnya industri baja hingga semen. Selain itu, menggunakan bahan bakar ramah lingkungan di antaranya BBM nabati, gas, dan hidrogen untuk kendaraan berat seperti bus dan truk.
Sementara itu, Kementerian ESDM memaparkan capaian Indonesia pada 2022 yakni sektor energi mampu menurunkan emisi gas rumah kaca mencapai 91,5 juta ton setara CO2 atau melampaui target mencapai 91 juta ton setara CO2.
Sedangkan, efisiensi energi berkontribusi sebesar 22 persen atau sama dengan 20,5 juta ton setara CO2. Pada 2023, Indonesia menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca mencapai 116 juta ton setara CO2 dan pada 2024 mencapai 142 juta setara CO2.