REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan positif pada kuartal II 2023 mencapai 5,17 persen secara tahunan. Ekonom senior The Indonesia Economic Intelligence, Sunarsip menilai, meskipun terjadi pertumbuhan namun kewaspadaan tetap perlu dibangun.
“Kewaspadaan yang perlu dibangun adalah bahwa sumber pertumbuhan ini masih ditopang oleh eksternal, khususnya dari ekspor. Sementara itu, sumber pertumbuhan dari demand side-nya belum terbentuk secara utuh,” kata Sunarsip kepada Republika.co.id, Senin (7/8/2023).
Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi tersebut masih belum pada level yang seharusnya. Jadi, lanjut Sunarasip, penting sekali bagi pemerintah saat ini untuk mendorong demand side khususnya melalui peningkatan daya beli.
Sunarsip mengatakan, saat ini daya beli memang sudah membaik namun belum pulih seperti sebelum krisis pandemi. “Karena banyak industri dan lapangan usaha yang belum pulih,” tutur Sunarsip.
Dia mengungkapkan, sektor manufaktur Indonesia memiliki ketergantungan cukup tinggi pada ekspor ke Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang saat ini belum pulih. Sunarsip menilai, saat ini kondisi AS dan Eropa masih cukup berat.
Sunarsip menegaskan, pertumbuhan AS dan Eropa ini penting. Kondisi tersebut menurutnya bisa mengangkat kinerja industri manufaktur kita yg cukup banyak menggantungkan pasarnya kepada AS dan Eropa.
Jika Asia, AS, dan Eropa tumbuh maka potensi pertumbuhan kita sebenarnya bisa lebih tinggi lagi tidak hanya lima persen tapi bisa sampai enam persen.
“Padahal, sektor manufaktur yang belum pulih tersebut memberikan kontribusi ke tenaga kerja cukup signifikan,” ucap Sunarsip.
Sementara itu dengan berkembangnya industri berbasis digital maka menurutnya bisa menjadi penopang pendapatan masyarakat yang terkena PHK. Tapi, kata Sunarsip, penghasilan dari sektor berbasis digital belum mampu mengembalikan pendapatan saat masih bekerja di sektor manufaktur.
“Jadi, PR-nya adalah bagaimana menghidupkan manufaktur yang mampu menarik lapangan kerja dalam jumlah besar,” ucap Sunarsip.
BPS mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal II 2023 terhadap kuartal sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 3,86 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 15,80 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 41,30 persen.
Sementara itu, ekonomi Indonesia pada kuartal II 2023 terhadap kuartal II-2022 tumbuh sebesar 5,17 persen. Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 15,28 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 10,62 persen.
Sementara itu, ekonomi Indonesia semester I 2023 terhadap semester I 2022 tumbuh sebesar 5,11 persen. Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 15,59 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 7,53 persen. Rahayu Subekti