REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas lebih tinggi pada akhir perdagangan Jumat (28/7/2023), berbalik menguat dari penurunan tajam sehari sebelumnya, karena dolar Amerika Serikat (AS) melemah. Ini menyusul keputusan Bank Sentral Jepang untuk menyesuaikan kerangka kebijakan moneternya dan inflasi AS menunjukkan pelambatan.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di Divisi Comex New York Exchange melonjak 14,70 dolar AS atau 0,75 persen menjadi menetap pada 1.960,40 dolar AS per ounce, setelah menyentuh tertinggi sesi di 1.962.20 dolar AS dan terendah di 1.944,20 dolar AS.
Dolar AS melemah setelah data menunjukkan inflasi tahunan AS pada Juni naik pada laju paling lambat dalam lebih dari dua tahun, yang dapat mendorong Federal Reserve lebih dekat untuk mengakhiri siklus kenaikan suku bunganya.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,1 persen menjadi 101,65, sementara yen Jepang menguat menjadi 140,96 terhadap dolar AS.
Inflasi tahunan AS pada Juni meningkat dengan jumlah terkecil dalam lebih dari dua tahun, dengan tekanan harga yang mendasari moderat. Jika tren berlanjut, itu bisa mendorong Federal Reserve lebih dekat untuk mengakhiri siklus kenaikan suku bunga tercepat sejak 1980-an.
Tingkat inflasi inti, yang mengabaikan harga makanan dan energi yang bergejolak, naik 4,1 persen dalam 12 bulan terakhir hingga Juni, turun tajam dari kenaikan 4,6 persen pada Mei, tetapi itu masih menempatkannya pada level terendah lebih dari dua tahun. Namun, itu masih jauh di atas target Fed 2,0 persen.
"Fokusnya kembali pada pertumbuhan dan berapa banyak pertumbuhan yang dapat dipertahankan ekonomi AS tanpa inflasi yang berdetak lebih tinggi lagi," kata Adam Button, Kepala Analis Mata Uang di ForexLive di Toronto.
Dolar AS yang lebih kuat dan imbal hasil Treasury yang lebih tinggi membantu membebani harga emas awal pekan ini karena Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa mengumumkan kenaikan suku bunga terbaru mereka.
Dalam berita ekonomi AS lainnya, belanja konsumen naik 0,5 persen pada Juni sebagai tanda kepercayaan terhadap ekonomi karena inflasi kembali mereda dan ekonomi AS terus tumbuh.
Sebelumnya, Bank Sentral Jepang mengatakan akan melonggarkan cengkeramannya pada imbal hasil obligasi Pemerintah Jepang. Keputusan ini mengirimkan gelombang kejutan melalui pasar obligasi internasional dan mendorong imbal hasil JGB 10 tahun ke level tertinggi sejak 2014, menurut data FactSet .
Imbal hasil JGB 10 tahun naik 54 basis poin menjadi 0,545 persen, level tertinggi sejak September 2014.
Para analis menilai langkah terbaru emas lebih tinggi sebagai tanda bahwa harga bisa naik lebih lanjut, meskipun harapan untuk imbal hasil obligasi internasional yang lebih tinggi juga bisa meredam harga logam kuning.
"Dari sudut pandang teknis, emas sedikit rebound dari level terendah kemarin di 1.940 dolar AS, yang sekarang dianggap sebagai zona support pertama, dan ini mewakili sinyal positif," kata Rupert Rowling, analis pasar di Kinesis Money, dalam komentar email.