Jumat 28 Jul 2023 20:00 WIB

Harga Tanah di Jabodetabek Naik Nyaris Lima Persen per Tahun

Meski begitu, pengembang pede tawarkan rumah kelas atas di Jabodetabek.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Rumah mewah di sebuah perumahan di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (28/6).
Foto: Antara/Risky Andrianto
Rumah mewah di sebuah perumahan di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (28/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga tanah rata-rata di wilayah Jabodetabek mengalami kenaikan hingga 19 persen menjadi Rp 12.428.000 per meter persegi per Juni 2023. Adapun harga jual tanah rata-rata tahunan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 4,49 persen.

Kenaikan harga tersebut disebabkan sejumlah faktor mulai dari dampak inflasi hingga perkembangan infrastruktur. Dampak bertahap inflasi pada konstruksi dan material bangunan juga terlihat pada kenaikan harga jual.

Baca Juga

"Kemajuan dalam infrastruktur transportasi juga berkontribusi pada laju kenaikan harga tanah," kata Direktur Strategic Consulting Chusman & Wakefield Indonesia Arief Rahardjo, Kamis (27/7/2023).

Meningkatnya biaya pembangunan yang dipicu oleh inflasi, seiring dengan kemajuan fasilitas infrastruktur di wilayah Jabodetabek, diperkirakan akan berkontribusi pada kenaikan harga tanah di wilayah yang terkena dampak. Selain itu, harga jual rata-rata diharapkan akan terus tumbuh sepanjang 2023.

Inisiasi Bank Sentral untuk meningkatkan suku bunga acuan selama semester I 2023 dapat mendorong bank untuk secara bertahap menaikkan suku bunga kredit hipotek selama sisa tahun ini. Kenaikan proyeksi suku bunga ini diperkirakan akan berdampak pada permintaan karena pembayaran hipotek menjadi metode pembayaran yang paling disukai.

Meski demikian, pengembang terus menunjukkan keyakinan mereka dalam pasar dengan memperkenalkan produk produk kelas atas di berbagai perumahan. Menurut Arief, ini menandakan optimisme mereka terhadap kepercayaan pasar secara keseluruhan dan potensinya.

"Para pengembang di sektor perumahan tetap menunjukkan tingkat optimisme yang tinggi untuk semester mendatang," kata Arief.

Prospek positif ini terutama didorong oleh kenyataan bahwa mayoritas pembeli rumah adalah end-user dan pemilik rumah pertama yang terdorong oleh kebutuhan hunian utama. Arief melihat, permintaan terus-menerus dari para pembeli rumah ini berkontribusi pada kepercayaan pengembang terhadap pasar.

                    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement