Kamis 27 Jul 2023 12:26 WIB

Ekonom Proyeksikan Suku Bunga The Fed akan Turun 2024

Bank Sentral AS menaikkan suku bunga pada pertemuan Rabu (26/7/2023).

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Konferensi pers ketua Fed Jerome Powell ditampilkan di lantai di New York Stock Exchange di New York, Rabu, 26 Juli 2023. Saham beragam setelah Federal Reserve menindaklanjuti ekspektasi Wall Street dan menaikkan suku bunga acuan ke level tertinggi dalam lebih dari dua dekade.
Foto: AP Photo/Seth Wenig
Konferensi pers ketua Fed Jerome Powell ditampilkan di lantai di New York Stock Exchange di New York, Rabu, 26 Juli 2023. Saham beragam setelah Federal Reserve menindaklanjuti ekspektasi Wall Street dan menaikkan suku bunga acuan ke level tertinggi dalam lebih dari dua dekade.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Senior The Indonesia Economic Intelligence, Sunarsip memproyeksikan The Fed Fund Rate (FFR) baru akan mulai turun pada tahun depan. The Fed pada pertemuan Juli 2023 kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen menjadi 5,25-5,5 persen.

“Diperkirakan seiring dengan terkendalinya inflasi di AS, FFR akan kembali menurun pada 2024,” kata Sunarsip kepada Republika.co.id, Kamis (27/7/2023).

Baca Juga

Sunarsip pun memproyeksikan FFR kemungkinan akan bertahan pada level 5,25 persen. Jika naik maksimal menjadi 5,5 persen dan angka tersebut akan menjadi level tertinggi selama 2023.

Dengan level FFR yang diperkirakan tertahan pada level 5,25 persen atau naik secara terbatas menjadi 5,50 persen, Sunarsip memproyeksikan hal tersebut tidak akan mengubah arah kebijakan Bank Indonesia.

“BI diperkirakan akan mempertahankan level suku bunga acuannya (BI7DRR) pada level sekarang sebesar 5,75 persen,” jelas Sunarsip.

Terlebih, kata dia, inflasi Indonesia juga saat ini sudah berada pada target sasaran. Berdasarkan laporan, Bank Indonesia (BI), inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada Juni 2023 tercatat 3,52 persen secara tahunan.

Bank Sentral Amerika (The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen menjadi 5,25-5,5 persen. Setelah kenaikan ke-11 kalinya itu dalam 12 pertemuan terakhir, Ketua The Fed Jerome Powell mengungkapkan masih akan terbuka mengenai peluang kenaikan suku bunga lanjutan pada pertemuan September 2023.

Hal itu akan dipilih meskipun saat ini masih berlanjutnya perlambatan inflasi. “Komite akan terus menilai informasi tambahan dan implikasinya terhadap kebijakan moneter,”kata Fed dikutip //Reuters//, Kamis (27/7/2023).

Dalam konferensi pers setelah kebijakan terbaru The Fed, Powell mengatakan bank sentral sangat memperhatikan totalitas data yang masuk. Khususnya dalam mempelajari tanda-tanda bahwa ekonomi sedang menuju periode di bawah tren atau pertumbuhan yang menurutnya diperlukan agar inflasi turun.

AS mencatat saat ini inflasi telah mereda. Hal itu terlihat dari biaya yang tidak terlalu besar bagi pasar tenaga kerja, di mana tingkat pengangguran tetap rendah pada 3,6 persen. Pertumbuhan ekonomi tetap di atas tingkat tren yang diperkirakan The Fed sebesar 1,8 persen.

Powell mengakui inflasi yang sudah turun merupakan perkembangan positif. Hanya saja ketika The Fed memasuki periode sulit dalam melawan inflasi, perlu diimbangi dengan kebutuhan untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut terhadap risiko terlalu jauh. Rahayu Subekti

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement