Jumat 21 Jul 2023 22:22 WIB

Apindo Gandeng Tiga Kampus Naikkan Kelas UMKM Jatim

UMKM harus dibantu untuk terus berkembang.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UMKM 2021, kontribusi ekspor UMKM hanya mencapai 15,65 persen.
Foto: Bea Cukai
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UMKM 2021, kontribusi ekspor UMKM hanya mencapai 15,65 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dewan Pengurus Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (DPN Apindo) menggandeng tiga perguruan tinggi di Jawa Timur (Jatim) untuk menaikkan kelas usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di wilayah inimelalui program pemagangan.

Ketua UMKM/IKM DPN Apindo Ronald Walla, di Surabaya, Jumat, menjelaskan konsep besar yang disusun asosiasi pengusaha tertua di Indonesia ini adalah menyelaraskan mata kuliah dengan kebutuhan UMKM.

Baca Juga

"Sejauh ini Apindo baru melakukan MoU (nota kesepahaman) dengan tiga perguruan tinggi di Jatim, dan belum hands on," kata Ronald Walla.

CEO Wismilak Group ini menjelaskan bahwa tiga perguruan tinggi yang dimaksud adalah Universitas Surabaya (Ubaya), Universitas Ciputra (UC), dan Universitas Widya Kartika Surabaya (UWKS).

Konsep yang diperkenalkan adalah Apindo UMKM Merdeka (AUM). Apindo memberikan konsep pemagangan untuk pelaku usaha rintisan, dengan menyediakan laboratorium.

"Pastinya ada penyelarasan antara kebutuhan pelaku usaha dengan pendidikan. Jadi bukan sekadar teori. Di dalamnya sudah dihadapkan dengan realitas dalam berusaha," ujar Ronald Walla.

Ketua DPN Apindo Shinta Widjaja Kamdani menambahkan AUM bukan sekadar menaikkan kelas UMKM. Lebih tepatnya menciptakan ekosistem, karena di dalamnya ada keterlibatan pemerintah dan pengusaha.

"Apindo adalah katalis, yakni mempertemukan pemerintah dan pengusaha dari tingkat pusat hingga ke daerah dengan pelaku UMKM. Dalam hal ini perusahaan besar menjadi mentor mendukung program pemerintah di bidang usaha rintisan," kata Shinta.

Sejauh ini AUM sudah berjalan di tiga provinsi, yaituLampung, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan. Ke depan Apindo akan mengimplementasikan program serupa di seluruh provinsi, agar perguruan tinggi dan pelaku UMKM tidak berjalan sendiri-sendiri.

"Selama ini program UMKM sudah banyak, tapi tidak terintegrasi. Sementara program pemagangan UMKM yang melibatkan perguruan tinggi belum ada, karena (seolah-olah) magang hanya di perusahaan besar," kata Shinta pula.

Shinta optimistis program AUM bisa berjalan karena didukung pentahelix. Optimisme itu berkaca pada pandemi COVID-19 tahun 2020, denganUMKM banyak yang bertahan di tengah lesunya perekonomian global.

Selain itu, program ini juga untuk menciptakan lapangan usaha baru yang selaras dengan program pemerintah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement