Selasa 18 Jul 2023 07:47 WIB

Ekonom: Angka Kemiskinan Turun Tapi Masyarakat Belum Sejahtera

BPS mencatat, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 25,9 juta orang.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ahmad Fikri Noor
 Orang-orang berkumpul di jalan di daerah kumuh Jakarta, Senin (22/5/2023).
Foto: EPA-EFE/MAST IRHAM
Orang-orang berkumpul di jalan di daerah kumuh Jakarta, Senin (22/5/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2023, mencapai 25,90 juta orang. Angka tersebut turun 0,46 juta orang dibandingkan September 2022 dan jika dibandingkan Maret 2022 menurun 0,26 juta orang.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal menilai meskipun turun namun tingkat kedalaman kemiskinannya meningkat. "Jadi artinya dalam analisa saya, orang miskin itu jumlahnya berkurang tapi mereka lantas bukan langsung jadi sejahtera," kata Faisal kepada Republika.co.id, Senin (17/7/2023).

Baca Juga

Faisal menilai, penduduk miskin memang naik sedikit di atas garis kemiskinan namun masih di dalam kategori miskin. Sebab, lanjut dia, kategori orang miskin tidak hanya di bawah garis kemiskinan tapi juga yang hampir miskin dan rentan miskin.

"Kelompok itu (hampir miskin dan rentan miskin), ini di atas garis kemiskinan. Oleh karena itu mereka masih mendapatkan bansos," tutur Faisal.

Untuk itu, Faisal menilai penurunan jumlah orang miskin lebih banyak disebabkan karena bansos. Bantuan tersebut menurutnya membantu masyarakat tidak masuk dalam statistik jumlah orang yang di bawah garis kemiskinan, tapi masih miskin.

Di luar itu, Faisal mengungkapkan kedalaman kemiskinan makin meningkat. "Artinya, rata-rata pendapatan atau pengeluaran orang miskin makin jauh lebih rendah dari garis kemiskinan," kata Faisal.

Faisal menegaskan, kedalaman kenaikan kemiskinan perlu diwaspadai. Terutama terjadi di perkotaan.

"Kita bisa lihat lagi dengan data kesenjangan ekonomi atau rasio gini di perkotaan meningkat. Artinya ketimpangannya mengalami peningkatan," tutur Faisal.

Sebelumnya, ketimpangan sejak pandemi Covid-19 pada Maret 2020 yang dilihat dari angka rasio gini masih terus naik hingga Maret 2023. Padahal angka rasio gini secara nasional sejak Maret 2017 hingga September 2019 mengalami penurunan.

"Tingkat ketimpangan pada Maret 2023 mengalami peningkatan dibandingkan September 2022. Ini ditunjukkan dengan peningkatan rasio gini dari 0,381 poin pada September 2022 menjadi 0,388 poin pada Maret 2023," kata Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto dalam konferensi pers, Senin (17/7/2023).

Jika dilihat berdasarkan daerah, BPS mencatat rasio gini di perkotaan pada Maret 2023 adalah sebesar 0,409. Atqo menuturkan, hal tersebut menunjukkan terjadi kenaikan sebesar 0,007 poin dibanding September 2022 yang sebesar 0,402 dan kenaikan 0,006 poin dibanding kondisi Maret 2022 yang sebesar 0,403.

Sementara itu, rasio gini di perdesaan pada September 2022 tercatat sebesar 0,313. "Angka ini tidak berubah dibandingkan kondisi September 2022 dan turun 0,001 poin dibandingkan kondisi Maret 2022 yang sebesar 0,314," ucap Atqo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement