Senin 17 Jul 2023 16:33 WIB

Sejak Pandemi, Ketimpangan di Indonesia Masih Naik

Gini ratio secara nasional sejak Maret 2017 hingga 2019 mengalami penurunan.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Warga mencari pasir di Sungai Code, Yogyakarta, Kamis (19/1/2023). BPS mencatat ketimpangan meningkat pada Maret 2023.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Warga mencari pasir di Sungai Code, Yogyakarta, Kamis (19/1/2023). BPS mencatat ketimpangan meningkat pada Maret 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ketimpangan sejak pandemi Covid-19 pada Maret 2020 yang dilihat dari angka gini ratio masih terus naik hingga Maret 2023. Padahal angka gini ratio secara nasional sejak Maret 2017 hingga September 2019 mengalami penurunan.

"Tingkat ketimpangan pada Maret 2023 mengalami peningkatan dibandingkan September 2022. Ini ditunjukkan dengan peningkatan rasio gini dari 0,381 poin pada September 2022 menjadi 0,388 poin pada Maret 2023," kata Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto dalam konferensi pers, Senin (17/7/2023).

Baca Juga

Jika dilihat berdasarkan daerah, BPS mencatat gini ratio di perkotaan pada Maret 2023 adalah sebesar 0,409. Atqo menuturkan, hal tersebut menunjukkan terjadi kenaikan sebesar 0,007 poin dibanding September 2022 yang sebesar 0,402 dan kenaikan 0,006 poin dibanding kondisi Maret 2022 yang sebesar 0,403.

Sementara itu, gini ratio di perdesaan pada September 2022 tercatat sebesar 0,313. "Angka ini tidak berubah dibandingkan kondisi September 2022 dan turun 0,001 poin dibandingkan kondisi Maret 2022 yang sebesar 0,314," ucap Atqo.

Berdasarkan ukuran ketimpangan Bank Dunia, distribusi pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah adalah sebesar 18,04 persen. Atqo menjelaskan, hal tersebut berarti pengeluaran penduduk pada Maret 2023 berada pada kategori tingkat ketimpangan rendah.

Jika dirinci berdasarkan daerah, Atqo menyebut di perkotaan angkanya tercatat sebesar 16,99 persen yang berarti tergolong pada kategori ketimpangan sedang. Sementara untuk di perdesaan, angkanya tercatat sebesar 21,18 persen yang berarti tergolong pada kategori ketimpangan rendah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement