REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Direktur Eksekutif Bank Dunia pada tanggal 26 Juni 2023 menyetujui program baru untuk meningkatkan akses listrik yang berkelanjutan dan lebih murah di Indonesia bagian Timur. Program ini dapat memperkuat ketahanan infrastruktur dan mendukung kemampuan masyarakat untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim.
Program Indonesia Sustainable Least-cost Electrification-1 (ISLE-1) menghubungkan 500 ribu pelanggan dengan jaringan listrik, meningkatkan jangkauan investasi tenaga surya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, serta menurunkan biaya pembangkitan listrik sebesar 20 persen. Program ini juga akan berfokus pada peningkatan kapasitas perusahan listrik negara, PT PLN (Persero), dalam mengelola transisi energi.
Bank Dunia memberi dukungan keuangan sebesar 500 juta dolar AS ISLE-1 di bawah World Bank Energy Sector Management Assistance Program (ESMAP) Sustainable Renewables Risk Mitigation Initiative (SRMI). Selain itu, ada pula pembiayaan bersama dari Canada Clean Energy and Forest Climate Facility (CCEFCF) senilai 47,5 juta dolar AS. Lalu pinjaman dari Clean Technology Fund (CTF) senilai 15 juta dolar AS dan hibah senilai 19 juta dolar AS.
Biaya total untuk program ini adalah 1,14 miliar dolar AS. Itu termasuk pembiayaan dari PLN sebesar 159 juta dolar AS dan pembiayaan sektor swasta sebesar 400 juta dolar AS.
Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Manuela V Ferro mengatakan, program ini merupakan contoh dukungan Bank Dunia mendukung negara-negara mengintegrasikan aksi iklim ke dalam rencana pembangunan. Juga menggerakkan pembiayaan sektor swasta untuk pembangunan.
ISLE-1 akan mendukung peningkatan sistem operasional maupun proses bisnis PLN. ISLE-1 juga akan menguatkan jaringan listrik untuk integrasi energi terbarukan serta elektrifikasi di Indonesia bagian Timur.
"Hal itu mengurangi ketergantungan mereka pada energi penghasil polusi seperti generator diesel dan lampu minyak tanah," kata Ferro.