REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Saat Krisis Moneter terjadi pada 1998, dampak yang dihasilkan terasa oleh semua pihak. Para petani di Bekasi, Jawa Barat, juga menghadapi guncangan yang sama seperti yang terasa oleh seluruh warga di Indonesia.
Misro Abdul Latif yang saat itu berusia 20-an adalah salah satu saksi dari kehancuran ekonomi Indonesia. Untuk bertahan, dia mencoba berjualan telur asin yang dipasok para petani yang sementara berpindah haluan dengan beternak bebek.
Latif mencoba sendiri dalam mengolah telur yang hanya beberapa puluh butir. Dia pun menjajakan dengan cara berkeliling Bekasi menggunakan sepeda.
Proses ini terus Latif jalani hingga bisa menghasilkan pemasukan yang menghidupi keluarganya. Dia pun bisa mengembangkan usaha telur asin hingga 300 hingga 500 butir dalam dua kali produksi per pekan.
Warga asli Betawi ini akhirnya memiliki pelanggan tetap dan menjadi pemasok bagi pedagang lain setelah hampir 10 tahun berjualan. Dia pun merasa perlu meningkatkan produksinya, hanya saja bapak lima anak ini masih bergantung pada peternak bebek yang pasokannya sering kali tidak stabil.
Untuk mengamankan pasokan telur, Latif pun berinisiatif untuk memberikan "DP" terlebih dahulu kepada para peternak. Dana ini dia dapatkan dari pinjaman yang diberikan oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.
"Pertama pinjam itu Rp 5 juta, ini buat modal kasih peternak, biar mereka bisa beli pakan," ujar pria yang kini berusia 54 tahun itu.
Menurut Latif, cara tersebut cukup ampuh mengamankan pasokan telur dari peternak. Mereka akan segera mengirim telur setiap hari karena memang sudah memiliki tanda jadi.
Tapi, saat virus Corona menyebar di Indonesia pada 2020, Latif kembali berhadapan dengan kondisi yang menyulitkan. Banyak para peternak yang menjual bebek mereka, sehingga berdampak pada pasokan telur untuk produk yang diberi nama Telur Asin Diamond itu.
Latif pun terpaksa menurunkan produksinya selama pandemi. Produksi berjalan saat memang ada pasokan telur yang paling hanya mencapai ratusan saja. Padahal biasanya dia bisa mengolah telur bebek mentah menjadi telur asin hingga 1.000 butir per hari.
Ketika penyebaran virus korona mulai mereda pada 2022, Latif pun berinisiatif mendorong pada peternak untuk kembali. Dia bahkan meminjamkan uangnya untuk modal membeli bebek. Uang ini pun dia dapatkan juga dari BRI.
Setelah 20 tahun lebih menggeluti industri telur asin, kehidupan Latif sudah stabil. Dia bisa memiliki usaha lain dan sempat berkunjung ke Tanah Suci Mekkah dan Madinah di Arab Saudi.