Jumat 23 Jun 2023 18:42 WIB

IHSG Ditutup Terkoreksi di Tengah Potensi Kenaikan Suku Bunga The Fed

IHSG Jumat melemah sebesar 0,19 persen ke level 6.639,73.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (18/11/2022). IHSG Jumat melemah sebesar 0,19 persen ke level 6.639,73.
Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (18/11/2022). IHSG Jumat melemah sebesar 0,19 persen ke level 6.639,73.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah setelah bergerak variatif sepanjang perdagangan Jumat (23/6/2023). IHSG melemah sebesar 0,19 persen ke level 6.639,73.

Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan indeks saham di Asia sore ini mayoritas ditutup turun setelah kenaikan suku bunga acuan yang lebih tinggi dari ekspektasi oleh bank sentral Inggris atau Bank of England (BOE).

Baca Juga

"Hal ini membangkitkan kekhawatiran mengenai pengetatan kebijan moneter," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya. 

Selain itu, pergerakan indeks saham regional juga terpukul oleh komentar tegas dari ketua bank sentral AS Federal Reserve, Jerome Powell. Pasalnya, the Fed berpeluang menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi di tahun ini.

Menurut Phillip Sekuritas, dua faktor tersebut memperkuat kekhawatiran mengenai pengetatan kebijakan moneter global. Kekhawatiran ini pun memicu investor menghindari aset-aset yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga.

Bank sentral di seluruh dunia telah mengerek suku bunga supaya biaya pinjaman semakin mahal demi menjinakkan inflasi. Namun strategi ini berisiko memangkas pertumbuhan dan menyeret ekonomi ke dalam resesi.

Di Asia, bank sentral sudah mulai menghentikan kenaikan suku bunga. Bahkan Vietnam memangkas suku bunga pascaperlambatan ekonomi di negara itu.

Dari sisi makroekonomi, inflasi Jepang secara tak terduga turun menjadi 3,2 persen yoy di Mei dari 3,5 persen di bulan sebelumnya. Ini lebih rendah dari ramalan pasar sebesar 4,1 persen yoy.

Inflasi inti juga turun menjadi 3,2 persen yoy dan bertahan di atas target inflasi bank sentral Jepang (BOJ) selama 14 bulan beruntun. 

Di Asia Tenggara, inflasi Singapura turun menjadi 5,1 persen di Mei, sementara Inflasi inti melambat jadi 4,7 persen yoy. Di Malaysia, laju inflasi melambat selama tiga bulan beruntun menjadi 2,8 persen yoy di Mei.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement