Rabu 14 Jun 2023 06:15 WIB

Kementan Sebut Identifikasi dan Pengelompokan Lahan Jadi Strategi Hadapi El Nino

El Nino diprediksi terjadi pada Semester II 2023.

Warga memperlihatkan kondisi sawah yang kering.
Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Warga memperlihatkan kondisi sawah yang kering.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa identifikasi dan pengelompokan lahan merupakan bagian dari strategi dalam menghadapi dampak El Nino yang diprediksi terjadi pada semester II tahun 2023, dengan puncaknya jatuh pada Agustus 2023. Mentan mengatakan, setiap kejadian El Nino atau pemanasan suhu muka laut yang bersifat ekstrem, berpotensi menyebabkan kekeringan sekitar 560 ribu hingga 870 ribu hektare lahan. Sedangkan pada masa normal hanya mempengaruhi 250 ribu hektare lahan.

"Untuk itu beberapa upaya yang akan dilakukan adalah identifikasi dan mapping lokasi terdampak kekeringan, serta mengelompokkan menjadi daerah merah, kuning dan hijau," kata Mentan dalam Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR RI, di Jakarta, Selasa (13/6/2023).

Baca Juga

Menurut Syahrul, pengelompokan daerah bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan air pada tempat-tempat yang rawan pada kekeringan ekstrem. Lebih lanjut, upaya lain yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian adalah dengan percepatan tanam untuk mengejar sisa hujan, peningkatan ketersediaan alat dan mesin (alsintan) pertanian untuk percepatan tanam, serta membangun atau memperbaiki embung, dam parit, sumur dalam, sumur resapan, rehabilitasi jaringan irigasi tersier, dan pompanisasi.

Selain itu, Kementerian Pertanian juga menyediakan benih lahan kekeringan, mengembangkan pupuk organik terpusat dan mandiri serta memberikan dukungan pembiayaan kredit usaha rakyat (KUR) dan asuransi pertanian. Syahrul mengatakan, El Nino berpotensi untuk menyebabkan kebakaran hutan dan lahan pertanian, gagal panen, kekurangan air bersih, kekeringan dan meningkatkan intensitas serangan hama.

"Untuk itu perlu dilakukan antisipasi dan adaptasi dalam upaya mengurangi dampak pada penurunan kapasitas produksi pangan," kata Syahrul.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement