Selasa 13 Jun 2023 16:20 WIB

Analis: Sentimen Pasar Terhadap Rupiah Masih Tunggu Hasil Rapat FOMC

Potensi The Fed untuk menahan nilai suku bunga cukup besar.

Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing, Selasa (4/10/2022). Sentimen pasar terkait rupiah vs dolar AS masih menunggu hasil rapat the Fed.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing, Selasa (4/10/2022). Sentimen pasar terkait rupiah vs dolar AS masih menunggu hasil rapat the Fed.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis ICDX Revandra Aritama menganggap sentimen pasar terkait rupiah vs dolar AS masih menunggu hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC). Banyak kabar yang menyebut potensi The Fed untuk menahan nilai suku bunga cukup besar mengingat nilai suku bunga saat ini cukup tinggi dan kondisi ekonomi internal AS yang dikabarkan kurang baik. 

"Jika benar hasil rapat FOMC menahan nilai suku bunga, maka rupiah memiliki peluang untuk menguat cukup besar mengingat faktor fundamental ekonomi Indonesia cukup baik," kata Revandra, Selasa (13/6/2023).

Baca Juga

Gubernur Bank Indonesia (BI) disebut juga telah menyebutkan faktor yang menyebabkan peluang rupiah menguat cukup besar, yaitu pertumbuhan ekonomi tanah air yang tinggi, inflasi yang terkendali, pembayaran cadangan devisa yang relatif rendah, dan imbal hasil obligasi dan aset keuangan yang menarik.

Sebelumnya, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menyatakan rupiah mungkin berbalik menguat terhadap dolar AS hari in, tapi masih di fase konsolidasi karena ada peluang besar The Fed akan mengumumkan jeda menaikkan suku bunga acuannya di pertemuan Kamis (15/6/2023) dinihari nanti.

"Naiknya ekspektasi ini karena pelaku pasar memperkirakan data inflasi konsumen bulan Mei 2023 yang akan dirilis malam ini, akan menunjukkan penurunan ke angka 4,1 persen dari sebelumnya 4,9 persen. Dengan menurunnya inflasi ini, artinya tekanan untuk menaikkan suku bunga acuan untuk menurunkan inflasi berkurang," ujar Aris.

Begitu pula dengan Analis Mata Uang Lukman Leong yang menilai pelemahan rupiah pada hari ini karena investor masih anxious dan cenderung wait and see menjelang data penting inflasi Amerika Serikat malam ini dan Federal Open Market Committee (FOMC) besok, Rabu (14/6/2023).

"Namun, pelemahan rupiah akan terbatas dan mungkin bs rebound di sesi kemudian, didukung oleh permintaan SBN (Surat Berharga Negara) yang masih kuat, tercermin dari imbal hasil obligasi Indonesia yg masih turun," ungkap Lukman.

Pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah mengalami pelemahan 0,00 persen atau 0,5 poin menjadi Rp 14.863 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.862,5 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak dari Rp 14.853 per dolar AS hingga Rp 14.879 per dolar AS

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement