Senin 05 Jun 2023 07:24 WIB

BI NTB Terus Dampingi Klaster Vanili untuk Genjot Ekspor

BI NTB membantu klaster vanili dari hulu ke hilir.

Warga merawat bibit vanili (ilustrasi). BI NTB membantu klaster vanili dari hulu ke hilir.
Foto: Antara/Anis Efizudin
Warga merawat bibit vanili (ilustrasi). BI NTB membantu klaster vanili dari hulu ke hilir.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat terus memberikan pendampingan kepada klaster vanili organik binaannya agar mampu meningkatkan produksi yang berkualitas sehingga bisa menggenjot ekspor.

Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB, Achmad Fauzi, di Mataram, Ahad (4/6/2023), mengatakan, vanili adalah salah satu komoditas ekspor yang bisa menghasilkan devisa bagi negara dan meningkatkan ekonomi masyarakat. "Jadi pertumbuhan ekonomi kita garap selain dari sisi pengendalian inflasi, juga dari sisi pertumbuhan kita genjot, jadi dua arah," kata Fauzi.

Baca Juga

Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB, kata dia, melakukan intervensi hulu ke hilir kepada klaster-klaster binaan, termasuk klaster vanili organik untuk tujuan ekspor. Ada lima klaster budi daya vanili organik yang menjadi binaan, yakni masing-masing satu kelompok tani di Kabupaten Lombok Utara, Lombok Barat, Bima, dan tiga kelompok tani di Kabupaten Lombok Timur.

Ada juga satu kelompok usaha pengolahan pascapanen vanili yang juga menjadi binaan, yakni di Kecamatan Sakra, Kabupaten Lombok Timur. Pihaknya menggarap klaster vanili organik mulai dari hilir dengan memberikan pelatihan dan mendatangkan tenaga ahli pakar pemulia tanaman vanili dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mengajarkan petani.

Kerja sama pembinaan kepada para petani juga dilakukan bersama dengan Balai Karantina Pertanian Kelas I A Mataram, Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, dan UD Rempah Organik Lombok selaku pelaku usaha yang sudah menjalin kemitraan dengan petani selama puluhan tahun.

Dari sisi hulu, lanjut Fauzi, pihaknya membantu proses pengolahan pascapanen dengan memberikan bantuan alat pengering vanili. Selain itu, mencarikan peluang pasar di berbagai negara dengan cara mempromosikan lewat pertemuan dengan pada Duta Besar Indonesia yang ada di luar negeri.

"Jadi untuk ekspor kita garap dari sisi hulu terus dari sisi hilir kita carikan pasar. Khusus untuk ekspor, saat ini masih difokuskan ke Amerika Serikat," ujarnya.

Menurut Fauzi, setelah adanya intervensi dari hulu dan hilir, kelompok tani binaan sudah ada yang berhasil meningkatkan produksi vanili organik dari sebelumnya hanya setengah kilogram naik menjadi dua kilogram per tanaman dengan kualitas yang sudah bisa diterima pasar ekspor.

"Jadi kita bekerja sama dengan pakar dari BRIN, dari Balai Karantina. Dan Pak Muhir selaku pemilik UD Rempah Organik Lombok yang membina petani-petani tentang bagaimana standar operasional prosedur yang diminta agar bisa diterima pasar luar negeri," ucapnya.

Data Balai Karantina Pertanian Kelas I A Mataram, tercatat nilai ekspor vanili organik dari NTB ke Amerika Serikat terus mengalami kenaikan dalam empat tahun terakhir, yakni pada 2020 sebanyak 1,4 ton senilai Rp 3 miliar.

Jumlah tersebut meningkat menjadi 2,45 ton pada 2021 dengan nilai jual mencapai Rp 4,5 miliar. Volume ekspor kembali meningkat pada 2022, yakni mencapai 3,5 ton senilai Rp 5,13 miliar. Selanjutnya, pada 2023 direncanakan volume ekspor sebanyak tujuh ton hingga delapan ton.

 

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement