Rabu 31 May 2023 23:13 WIB

Mobil Listrik Justru Bikin Emisi PLTU Naik? Ini Penjelasan Anak Buah Luhut

Teknologi kendaraan listrik jauh lebih efisien menggunakan energi

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pengunjung mengamati alat pengisian daya mobil listrik  Kurnia Motors yang dipamerkan pada Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (18/5/2023). Gelaran pameran kendaraan listrik PEVS 2023 yang berlangsung mulai Rabu (17/5) hingga Ahad (21/5) tersebut menargetkan sebanyak 30 ribu pengunjung sehingga mampu menghasilkan jumlah transaksi mencapai Rp285 miliar.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengunjung mengamati alat pengisian daya mobil listrik Kurnia Motors yang dipamerkan pada Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (18/5/2023). Gelaran pameran kendaraan listrik PEVS 2023 yang berlangsung mulai Rabu (17/5) hingga Ahad (21/5) tersebut menargetkan sebanyak 30 ribu pengunjung sehingga mampu menghasilkan jumlah transaksi mencapai Rp285 miliar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi angkat bicara ihwal kritik publik terkait penggunaan mobil listrik yang justru meningkatkan emisi dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara karena bertambahnya kebutuhan tenaga listrik.

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin, menegaskan, pada dasarnya kendaraan listrik sendiri menghasilkan emisi karbon sehingga ramah lingkungan.

Namun, pihaknya memahami bila terdapat pihak yang mengatakan emisi dari kendaraan listrik sejatinya pindah ke PLTU batu bara yang masih mendominasi pembangkit di Indonesia.

"Masalah pengurangan emisi ini banyak yang bertanya, benar nggak sih mengurangi emisi? Mobil listrik ini emisinya tidak ada tapi pindah nggak PLTU? Betul, pindah. Tapi emisinya lebih sedikit," kata Rachmat dalam sebuah diskusi panel di Jakarta, Rabu (31/5/2023) malam.

Rachmat pun menjelaskan, teknologi kendaraan listrik jauh lebih efisien menggunakan energi ketimbang motor yang menggunakan BBM.

Ia mensimulasikan, untuk mencapai suatu jarak tertentu, sebuah mobil konvensional akan membutuhkan satu liter bensin yang setara 1,2 kilowatt-hour (kWh). Adapun, satu liter bensin jika dibakar mengeluarkan 2,3 kilogram CO2.

Sementara, mobil listrik yang diasumsikan memanfaatkan energi 100 persen dari PLTU, hanya menghasilkan 1,2 kg CO2. "Kenapa? karena combustion engine (pada mobil BBM) tidak terlalu efisien," jelasnya.

Rachmat menambahkan, untuk mengumpulkan emisi dari PLTU jauh lebih mudah karena dapat diatasi menggunakan teknologi penangkap karbon, transisi basis energi, serta program pensiun PLTU batubara.

Sedangkan untuk menangkap emisi dari knalpot kendaraan konvensional di Indonesia jauh lebih sulit. Tercatat, jumlah mobil di Indonesia kini telah tembus 20 juta mobil dan 130 juta motor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement