REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengaku masih terus bernegosiasi dengan China Development Bank (CDB) agar bunga utang pinjaman pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung atau KCJB China dapat diturunkan menjadi dua persen dari yang ditawarkan sebelumnya 3,4 persen.
Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo mengharapkan agar negosiasi dapat segera tuntas mengingat operasional KCJB akan segera dimulai Agustus mendatang.
"Targetnya ke situ (dua persen), tapi negosiasi tidak bisa satu pihak, itu dua pihak. Tapi kita ada strategi, itu yang kita lakukan. Kita upayakan secepat mungkin," kata Didiek saat ditemui di Sarinah, Jakarta, Kamis (25/5/2023).
Seperti diketahui, besaran bunga pinjaman yang ditawarkan KCJB sebelumnya sebesar empat persen dan diturunkan menjadi 3,4 persen. Namun, pemerintah menginginkan agar bunga turun lagi jadi dua persen.
Biaya proyek kereta cepat mengalami pembengkakan 1,2 miliar dolar AS. Sebanyak 25 persen dari pembengkakan biaya itu, 60 persen ditanggung KAI melalui penyertaan modal negara (PMN) dari pemerintah dan 40 persen sisanya oleh China. Sementara, 75 persen pembengkakan biaya proyek akan ditutup lewat pinjaman ke CDB yang hingga kini masih dalam negosiasi bunga pinjaman.
Didiek pun memastikan, kendati negosiasi belum menemui titik terang, KAI sebagai pemimpin konsorsium Indonesia di PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) selaku operator KCJB memastikan operasional kereta tidak akan mundur dari jadwal.
Sejauh ini, unit kereta cepat tengah dalam masa commisioning dan telah mencapai kecepatan 180 kilometer per jam. Didiek menjelaskan, dalam 10 hari mendatang, ditargetkan kecepatan kereta akan mencapai 350 kilometer per jam sehingga waktu tempuh Jakarta-Bandung hanya 46 menit.
"Operasional tetap Agustus. Ini sejarah di Indonesia ada perjalanan moda (darat) dengan kecepatan 350 kilometer per jam itu luar biasa. Kita harus bangga punya kereta cepat," ujar dia.
Adapun soal tarif KCJB, Didiek menjelaskan akan ditentukan setelah proses negosiasi bunga pinjaman dengan pihak CDB rampung. "Tarif tunggu dulu, karena masalah cost of run belum. Nanti ada struktur finansial yang harus diselesaikan baru tentukan tarif," ucapnya.