Senin 15 May 2023 16:41 WIB

Tiga Tahun Beruntun, Neraca Dagang Indonesia Cetak Surplus

Surplus neraca dagang Indonesia pada April 2023 sebesar 3,94 miliar dolar AS.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (28/12/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca dagang Indonesia pada April 2023 sebesar 3,94 miliar dolar AS.
Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (28/12/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca dagang Indonesia pada April 2023 sebesar 3,94 miliar dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca dagang Indonesia pada April 2023 sebesar 3,94 miliar dolar AS. Pencapaian ini sudah dipertahankan Indonesia selama 36 bulan yakni sejak Mei 2020 hingga April 2023.

"Dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan impor bulan April secara month to month (mtm) memiliki pola yang sama yaitu menurun dibandingkan bulan sebelumnya," jelas Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi, Senin (15/5/2023).

Baca Juga

Tercatat nilai ekspor Indonesia mencapai 19,29 miliar dolar AS atau turun 17,62 persen, dibanding ekspor Maret 2023 dan secara tahunan ekspor juga turun 29,40 persen. Sementara impor Indonesia tercatat sebesar 15,35 miliar dolar AS atau turun 25,45 persen month to month (mtm) atau amblas 22,32 persen year of year (yoy).

Surplus yang diperoleh dari transaksi perdagangan sektor nonmigas sebenarnya lebih tinggi, yakni 5,64 miliar dolar AS, namun tereduksi oleh defisit perdagangan sektor migas 1,70 miliar dolar AS. Selama Januari–April 2023, meskipun sektor migas mengalami defisit 6,01 miliar dolar AS, namun masih terjadi surplus pada sektor nonmigas 22,06 miliar dolar AS, sehingga secara total mengalami surplus 16,05 miliar dolar AS.

Salah satu  neraca perdagangan yang surplus adalah antara Indonesia dengan Cina sebesar 479,6 juta  dolar AS. Imam mengungkapkan bahwa surplus tersebut terjadi utamanya pada komoditas bahan bakar mineral dengan kode HS dua digit 27 sebesar 1.299,1 juta dolar AS. Selain itu, dia menuturkan penyumbang surplus terbesar dengan negara mitra utama Cina oleh komoditas besi dan baja (HS 72) senilai 1.027 juta dolar AS serta nikel dan barang daripadanya (HS 75) sebesar 425,6 juta dolar AS. Pencapaian surplus tersebut berasal dari kinerja ekspor Indonesia ke Cina senilai 4.620,5 juta dolar AS. Sementara impor dari Cina sebesar 4.140,9 juta dolar AS. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement