REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan isu ecotourism (pariwisata berbasis lingkungan) sudah selayaknya mendapat perhatian lebih dari pemangku kebijakan dan pelaku usaha pariwisata di Pulau Dewata.
"Seiring dengan pemulihan sektor pariwisata di Bali, perlu dikelola dengan baik agar eksistensi lingkungan dan budaya Bali tetap lestari," kata Trisno dalam acara Suryaloka (Survei Bicara dan Laporan Perekonomian Bali Terkini) di Denpasar, Kamis (11/5/2023).
Menurut Trisno, ecotourism mendorong aktivitas wisata yang ramah lingkungan. Jenis wisata ini jug mewajibkan adanya tanggung jawab dari wisatawan untuk turut menjaga destinasi wisata.
"Prinsip ecotourism sejatinya selaras dengan program Nangun Sat Kerthi Loka Bali dan UU Provinsi Bali 2023 untuk menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali melalui perwujudan program Bali Era Baru," ujarnya.
Dengan ecotourism, kata Trisno, pariwisata menjadi bermanfaat untuk lingkungan yang lestari dan jangka panjang serta berkeadilan terhadap lingkungan. "Intinya Bali dapat menjadi hijau yang berkelanjutan," ucapnya.
Trisno menambahkan, sebagai daerah wisata utama Indonesia, perekonomian Bali memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sektor pariwisata. Hal tersebut terbukti dari pangsa lapangan usaha terbesar di Provinsi Bali berkaitan dengan pariwisata dan pendukungnya mencapai 51,78 persen terhadap total PDRB.
Pada 2022, pertumbuhan ekonomi Bali mencapai 4,84 persen (yoy) dan jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2021 sebesar -2,46 persen (yoy).
Selanjutnya ekonomi Bali pada kuartal I 2023 menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi yakni sebesar 6,04 persen (yoy). Bali menduduki peringkat enam sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia.