REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menegaskan bahwa kelembagaan dan hilirisasi menjadi kunci untuk menyejahterakan petani. Namun kedua hal tersebut sampai saat ini masih belum sepenuhnya dimiliki oleh para petani.
"Ada yang perlu kita bangun yakni kelembagaan untuk produksi dan hilirisasi. Kita tidak boleh lagi petani bertani sendiri-sendiri. Misalnya di sini paling banyak petani punya lahan kopi 1 hektare per orang. Tapi ini kalau diolah sendiri kesejahteraannya belum bisa terangkat," ucap MenKopUKM Teten Masduki saat melakukan Kunjungan ke Koperasi Produsen Tani Kini Dharma Kriya dengan Komoditas Unggulan Kopi Arabika dan Jeruk Siam di Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Senin (1/5/2023).
Menurutnya, kelembagaan dan hilirisasi dapat diwujudkan melalui korporatisasi petani melalui koperasi. Dia menegaskan sudah banyak contoh koperasi di luar negeri yang sukses.
"Kalau sering lihat di YouTube, petani di Amerika dan New Zealand itu ribuan hektare dan membangun corporate farming, jadi efisien. Kita harus berusaha dalam luasan yang ekonomis," katanya.
Lebih lanjut Menteri Teten mengatakan para petani di Kintamani dapat mencontoh pembentukan korporatisasi yang sudah dilakukan di beberapa tempat.
Salah satunya yang dilakukan di Lampung, di mana diterapkan pengembangan kebun pisang di lahan 400 ha melibatkan 600 orang yang tergabung dalam koperasi. Petani di Lampung, disebutnya, bergabung dan berkonsolidasi untuk membangun koperasi lalu menanam pisang jenis mas kirana Lumajang untuk diekspor ke Singapura dan Jepang.
"Padahal untuk masuk pasar global, pisang butuh 21 sertifikasi dan ada 3 yang harus di review khusus. Ini susah kalau sendiri-sendiri. Jadi harus diperkuat kelembagaannya melalui koperasi. Agar memenuhi standar," tuturnya.
Di tempat yang sama, Bupati Bangli Sang Nyoman Sedhana Artha mengapresiasi kehadiran Menteri Teten di Kintamani. Dia menjelaskan bahwa Kintamani memiliki potensi komoditas kopi dan jeruk yang sudah dikenal baik di kancah nasional maupun internasional terutama untuk kopi arabika.
"Secara statistik lahan kopi 5.900 ha, produksi 2 ribu ton per tahun. Jeruk 3.500 ha produksi 3 ribu ton lebih. Ini menjadi kekuatan ekonomi Bangli dan dapat memberikan kesejahteraan pada masyarakat," tutur Nyoman.
Dia berharap, kehadiran Menteri Teten dapat mendukung terbentuknya korporatisasi petani di Bangli agar komoditas unggulan mereka dapat menyejahterakan petani.