Jumat 21 Apr 2023 00:05 WIB

Harga Bahan Pokok Rutin Naik Saat Momen Lebaran, Ini Penyebabnya

Terdapat kenaikan harga secara rata-rata yang berlangsung secara terus-menerus.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ahmad Fikri Noor
Sejumlah warga antre membeli paket sembako murah saat digelar Operasi Pasar murah Ramadhan di Kantor Kecamatan Telukbetung Barat, Bandar Lampung, Lampung, Jumat (24/3/2023). Operasi pasar yang diselenggarakan Pemerintah Kota Bandar Lampung itu bertujuan untuk mencegah terjadinya gejolak harga sembako dan inflasi saat bulan Ramadhan.
Foto: Antara/Ardiansyah
Sejumlah warga antre membeli paket sembako murah saat digelar Operasi Pasar murah Ramadhan di Kantor Kecamatan Telukbetung Barat, Bandar Lampung, Lampung, Jumat (24/3/2023). Operasi pasar yang diselenggarakan Pemerintah Kota Bandar Lampung itu bertujuan untuk mencegah terjadinya gejolak harga sembako dan inflasi saat bulan Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pernah terpikir kenapa harga-harga barang saat lebaran selalu melonjak? Pakar ekonomi Islam Universitas Airlangga (Unair) Tika Widiastuti mengatakan, lonjakan harga bahan pokok yang umum terjadi pada momen hari besar keagamaan seperti Idul Fitri, disebabkan oleh adanya inflasi. Artinya, terdapat kenaikan harga secara rata-rata yang berlangsung secara terus-menerus.

Secara konsep, kata dia, kenaikan inflasi disebabkan oleh dua hal. Pertama, yaitu dorongan biaya atau cost push inflation dan tarikan permintaan atau demand pull inflation. Tarikan permintaan inilah yang biasanya menyebabkan terjadinya lonjakan harga barang menjelang lebaran. Dalam hal ini, permintaan terhadap suatu komoditas cenderung naik atau tinggi, sementara jumlah sediaan barangnya dalam jumlah yang tetap.

Baca Juga

"Fenomena ini yang akhirnya memicu kenaikan harga. Seharusnya kita tidak kaget apabila harga-harga menjelang lebaran ini naik karena masyarakat yang cenderung mengonsumsi barang sama. Akibatnya, terjadilah kenaikan permintaan sehingga harga cenderung naik, padahal sediaan barang yang dijual itu relatif sama," kata Tika, beberapa waktu lalu.

Tika pun membagikan tips untuk mengantisipasi lonjakan yang rutin terjadi menjelang hari besar keagamaan. Pertama, kata Tika, masyarakat harus bisa mengevaluasi keputusan pembelian. Artinya, masyarakat harus lebih cermat dalam menentukan pembelian suatu barang, baik yang bersifat kebutuhan maupun keinginan.

"Kalau pembelian itu tidak sesuai kebutuhan atau hanya untuk keinginan saja, maka lebih baik ditunda dulu. Jadi, kita harus pandai-pandai memilah kebutuhan dan keinginan," ujarnya.

Kedua, kata Tika, dari sisi pemilihan komoditas barang, baiknya masyarakat memilih barang-barang yang relatif umum didapatkan atau normal goods. Pasalnya, pemilihan normal goods ini tidak hanya berpengaruh pada tingkat kesulitan mendapatkannya saja, tetapi juga akan berpengaruh pada tingkat harga yang ditawarkan.

Selanjutnya, masyarakat harus lebih bijak dan cerdas dalam mengalokasikan anggaran. Ia mengimbau masyarakat untuk lebih dulu membelanjakan kebutuhan yang bersifat dharuriyah, yaitu kebutuhan yang harus dipenuhi karena berkaitan dengan keseimbangan hidup, seperti halnya kebutuhan pendidikan.

"Sebentar lagi akan ada tahun ajaran baru, artinya kita dihadapkan pada kebutuhan pendidikan. Jadi tolong lebih diperhatikan kebutuhan jangka menengah dan jangka panjangnya," kata Tika.

Tika melanjutkan, pemerintah sebagai pemangku kebijakan juga tidak seharusnya tinggal diam. Bagaimanapun, kata Tika, diperlukan adanya intervensi pemerintah untuk mengantisipasi kenaikan harga barang menjelang lebaran. Dalam hal ini, pemerintah harus menerapkan kebijakan batas minimum dan batas atas harga.

"Jadi, jika harga cenderung naik, maka ditetapkan saja batas atasnya. Mengapa? Karena jika tidak ada ketentuan batasan harga, nanti akan menimbulkan kerugian karena harga akan cenderung naik terus. Ini bisa merugikan baik untuk konsumen maupun produsen," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement