REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertamina menyetop produksi minyak dan gas dari Kilang Dumai untuk sementara waktu menyusul insiden ledakan yang terjadi pada Sabtu (1/4/2023), akhir pekan lalu. Meski demikian, perseroan memastikan kebutuhan masyarakat terhadap BBM tetap akan terpenuhi.
"Kilang Dumai sampai dengan tanggal 15 April 2023 nanti tidak akan berproduksi, kita akan tingkatkan produksi di kilang-kilang lain," kata Direktur Utama PT Pertamina Kilang Internasional, Taufik Aditiyawarman, dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII, Selasa (4/4/2023).
Kilang Dumai tercatat menjadi unit pengolahan migas terbesar ketiga di Indonesia dengan total 170 ribu barel per hari atau 16,5 persen dari total kapasitas pengolahan Pertamina. Meski demikian, Taufik mengatakan, tidak diperlukan tambahan impor minyak sebagai konsekuensi berhentinya produksi Kilang Dumai hingga pekan depan.
"Jaminan suplai BBM insya Allah tidak akan terganggu dan juga kita tidak berencana menambah impor untuk mengkompensasikan apa yang kurang dari produksi Dumai tersebut," kata Taufik.
Pihaknya menargetkan mulai 15 April 2023, kilang Dumai akan kembali beroperasi penuh dengan kapasitas maksimal. Perseroan akan melakukan inspeksi perbaikan unit yang mengalami kerusakan akibat ledakan baik terhadap sistem maupun perangkat keras sebelum dimulai kembali.
Diketahui, ledakan terjadi pada area gas compressor Kilang Dumai. Ledakan itu dipicu oleh kebocoran pipa enam inci di hydro cracker unit (HCU) yang mengalirkan hidrogen. Keboran tersebut lantas menyebabkan ledakan dan getaran hingga dentuman keras yang dirasakan hingga radius satu kilometer.
Melihat insiden tersebut, Pertamina sekaligus akan meninjau ulang area penyangga atau buffer zone Kilang Dumai pada Juni 2023 setelah hasil evaluasi insiden ledakan selesai. "Ini untuk merekomendasikan jarak aman terhadap risiko yang kemungkinan terjadi pada kilang Refinery Unit II Dumai," kata Taufik.