REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, pelaksanaan program konversi motor listrik tahun ini dapat mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM) sebanyak 20 ribu kiloliter (KL). Seperti diketahui, pemerintah menargetkan pemberian bantuan konversi motor listrik ke 50 ribu unit pada 2023.
"Jadi menghemat devisa negara sebesar 10 juta dolar AS," ujar Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana dalam Sosialisasi Konversi Motor Listrik yang digelar secara virtual, Selasa (4/4/2023).
Selama ini, kata dia, negara masih banyak mengimpor BBM. Dadan menambahkan, jika 50 ribu motor berhasil dikonversi, maka akan menghemat subsidi kompensasi Pertalite sebesar Rp 18,6 miliar. Lalu dari sisi pengguna atau penerima insentif, dapat menghemat biaya bahan bakar hingga Rp 2,77 per tahun per unit sepeda motor.
Implementasi program konversi motor listrik terhadap 50 unit dinilai pula mampu menekan kelebihan pasokan listrik PLN. Hal itu dengan penambahan 15,2 giga watt hour (Gwh), lalu penurunan emisi sebesar 30 ribu ton.
Seperti diketahui, Guna mendorong konversi dari motor berbahan bakar fosil menjadi motor listrik, tahun ini pemerintah akan memberikan bantuan ke 50 ribu konversi motor. Bantuan itu sebesar Rp 7 juta per unit.
Dadan menjelaskan, nilai bantuan tersebut setara separuh biaya konversi per unit tahun ini. Diharapkan tahun depan biaya bisa diturunkan dengan adanya perkembangan komponen.
"Timbulnya industri-industri komponen yang menunjang kegiatan konversi ini," tuturnya.
Ia menyebutkan, bantuan akan diberikan Kementerian ESDM lewat bengkel konversi. Saat ini sudah tersedia 21 bengkel konversi yang mendapat sertifikat, kapasitasnya sebanyak 2.000 unit per bulan.