REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pasar industri artificial intelligence (AI) di Timur Tengah dan Afrika Utara diperkirakan akan tumbuh dari 500 juta dolar AS pada 2020 menjadi 8,4 miliar dolar AS pada 2026. Hal itu diungkapkan laporan dari lembaga riset Research and Markets seperti dikutip dari Arab News, Ahad (2/4/2023).
Kawasan tersebut diperkirakan akan menikmati tingkat pertumbuhan per tahun (CAGR) sebesar 47,8 persen. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab akan menjadi motor utama pertumbuhan. Pasar AI di UEA ditaksir akan mencapai 1,9 miliar dolar AS pada 2026.
Pengusaha di kawasan Timur Tengah telah mempertimbangkan industri AI sebagai sektor yang krusial dalam beberapa tahun ke depan. Berdasarkan kajian yang dilakukan Proviti Middle East, lebih dari 80 persen CEO di Timur Tengah percaya peran teknologi akan mempengaruhi bisnis. Sebanyak 70 persen mengaku akan berinvestasi di sektor yang sedang booming tersebut.
Arab Saudi adalah negara yang juga telah menanamkan investasi besar dalam industri AI. Pengelola dana abadi atau SWF Kerajaan Saudi mengumumkan pada 2019 telah berinvestasi sebesar 500 miliar dolar AS dalam satu dekade ke depan.
Kerajaan juga telah meluncurkan sejumlah inisiatif antara lain pendirian Saudi Arabian Data and Artificial Intelligence Authority serta National Data Management Office untuk mengakselerasi implementasi AI di berbagai sektor.
Sementara itu, UEA juga mendorong penerapan teknologi dengan meluncurkan National Artificial Intelligence Strategy 2031. Fokusnya yakni menarik bakat-bakat untuk pekerjaan di masa depan, mendanai penelitian dan membangun hub inovasi, serta mengembangkan infrastruktur dan ekosistem data.