REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nissan bulan lalu meluncurkan pendekatan barunya dalam pengembangan powertrain listrik, yang disebutnya "X-in-1". Ini merupakan sebuah upaya untuk membuat ongkos produksi kendaraan listriknya 30 lebih murah pada 2026 dibanding 2019.
Melalui pendekatan X-in-1, Nissan bertujuan untuk lebih meningkatkan daya saing kendaraan EV dan e-POWER. Nissan telah mengembangkan prototipe powertrain 3-in-1, yang memodulasi motor, inverter, dan peredam, yang direncanakan untuk digunakan pada kendaraan listrik.
Prototipe 5-in-1, yang juga memodulasi generator, direncanakan untuk digunakan pada kendaraan e-POWER, demikian mengutip pernyataan resmi Nissan Motor di laman resmi perusahaan, Sabtu (1/4/2023).
Pendekatan X-in-1, yang mencakup 3-in-1, 5-in-1, dan varian lain yang memungkinkan, telah dikembangkan untuk memungkinkan komponen inti EV dan e-POWER diproduksi di jalur yang sama.
Pada tahun 2010, Nissan menjadi produsen mobil pertama yang memasarkan mobil listrik secara massal, Nissan LEAF.
Pada tahun 2016, Nissan meluncurkan powertrain elektrifikasi e-POWER, memanfaatkan teknologi EV-nya, yang memberikan kenyamanan berkendara yang sama seperti EV karena 100 persen penggerak motor.
Pendekatan X-in-1 untuk pengembangan powertrain listrik memberikan beberapa keuntungan, antara lain dengan membagi dan memodulasi komponen inti meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya powertrain sekitar 30 persen dari 2019.
Ukuran dan berat unit meningkatkan kinerja kendaraan dan meminimalkan kebisingan serta getaran. Kemudian, dengan mengadopsi motor yang baru dikembangkan penggunaan elemen berbobot berat hingga 1 persen atau kurang dari berat magnet.
Di bawah visi jangka panjangnya, Nissan Ambition 2030, produsen otomotif Jepang ini bertujuan untuk memperkuat jajaran produknya dengan 27 model elektrifikasi baru, termasuk 19 EV, pada tahun fiskal 2030.