Kamis 16 Mar 2023 23:09 WIB

Peningkatan Perjalanan Udara di China Bakal Kerek Permintaan Minyak Dunia

IEA pun mempertahankan prakiraannya untuk permintaan China dan global relatif stabil.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Pesawat milik maskapai penerbangan China Eastern menuju area apron setibanya di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Sabtu (8/2/2020) (ilustrasi).  Permintaan minyak global perlahan mulai mengalami pening tetapi bersiap untuk dorongan besar dari dilanjutkannya perjalanan udara dan pembukaan kembali ekonomi China setelah pembatasan Covid-19, Badan Energi Internasional mengatakan pada Rabu (15/3/2023).
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Pesawat milik maskapai penerbangan China Eastern menuju area apron setibanya di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Sabtu (8/2/2020) (ilustrasi). Permintaan minyak global perlahan mulai mengalami pening tetapi bersiap untuk dorongan besar dari dilanjutkannya perjalanan udara dan pembukaan kembali ekonomi China setelah pembatasan Covid-19, Badan Energi Internasional mengatakan pada Rabu (15/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Laju pertumbuhan permintaan minyak global dimulai tahun ini dengan masih diikuti sejumlah tantangan. Namun, industri minyak dan gas dunia diproyeksikan akan mengakhir tahun ini dengan sangat baik.

Permintaan minyak global perlahan mulai mengalami pening tetapi bersiap untuk dorongan besar dari dilanjutkannya perjalanan udara dan pembukaan kembali ekonomi China setelah pembatasan Covid-19, Badan Energi Internasional mengatakan pada Rabu (15/3/2023).

Baca Juga

"Pertumbuhan permintaan minyak global dimulai pada 2023 dengan rengekan tetapi diproyeksikan akan mengakhiri tahun dengan ledakan," demikian pernyataan laporan bulanan International Energy Agency (IEA) seperti dikutip dari Zawya.com, Kamis (16/3/2023).

Salah satu faktor pendorong peningkatan permintaan datang dari China. IEA mencatat, penggunaan bahan bakar jet yang mulai pulih imbas kebangkitan ekonomi China bakal terlihat dalam empat kuartal tahun ini.

"Penggunaan bahan bakar untuk jet (pesawat) diperkirakan akan mencapai 3,2 juta barel per hari (bph), permintaan terbesar dalam setahun sejak 2010 silam," kata IEA menambahkan.

IEA pun mempertahankan prakiraannya untuk permintaan China dan global relatif stabil dari bulan sebelumnya, masing-masing sebesar 16 juta barel per hari dan 102 juta barel per hari.

Diketahui, pasokan minyak masih melampaui permintaan yang relatif lambat. Namun, IEA menilai pasar akan tetap seimbang hingga pertengahan tahun karena China dan negara berkembang lainnya yang mendorong permintaan.

"Indikator langsung untuk mobilitas China sebagian besar stabil setelah lonjakan luar biasa di bulan Januari, dipimpin oleh lalu lintas udara dengan penerbangan domestik yang sekarang jauh di atas tingkat pra-pandemi," kata IEA.

Seperti diketahui, inflasi yang tinggi dan kekhawatiran investor atas suku bunga yang tinggi mengaburkan harapan perbaikan ekonomi dan dapat menimbulkan risiko terhadap permintaan bahan bakar. IEA memperingatkan, kekhawatiran atas kesehatan sektor perbankan AS juga membawa potensi risiko penurunan permintaan minyak.

Sementara itu, stok minyak komersial di negara-negara maju OECD mencapai level tertinggi dalam 18 bulan karena permintaan surut dan Eropa meningkatkan penyimpanan menjelang larangan impor produk mentah dan olahan Rusia.

Adapun produksi minyak Rusia tetap mendekati level sebelum perang pada bulan Februari meskipun ada sanksi atas ekspor produk lintas lautnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement