Jumat 03 Mar 2023 08:24 WIB

JP Morgan Proyeksikan IHSG Mencapai 7.500 pada Akhir 2023

IHSG diperkirakan mencapai level 7.500 pada akhir 2023.

Karyawan mengamati pergerakan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (10/2/2023). Perusahaan jasa keuangan global JP Morgan memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mencapai level 7.500 pada akhir 2023.
Foto: Republika/Prayogi.
Karyawan mengamati pergerakan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (10/2/2023). Perusahaan jasa keuangan global JP Morgan memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mencapai level 7.500 pada akhir 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan jasa keuangan global JP Morgan memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mencapai level 7.500 pada akhir 2023. Senior Country Officer JP Morgan Indonesia Gioshia Ralie dalam keterangan di Jakarta, Kamis (2/3/2023) mengatakan, proyeksi tersebut datang ketika pasar saham lokal telah melihat aliran dana asing keluar (capital outflow) sejak awal tahun.

Menurut dia, capital outflow tersebut karena investor memindahkan dana ke China setelah ekonomi terbesar kedua di dunia itu membuka kembali perbatasan dan mencabut kebijakan zero tolerance Covid-19 selama tiga tahun.

Baca Juga

"Kami percaya bahwa aliran dana ekuitas yang keluar baru-baru ini sebagian besar didorong oleh adanya pembukaan kembali perdagangan dari China, di mana investor menggunakan Indonesia sebagai sumber pendanaan setelah kinerja pasar saham yang luar biasa tahun lalu," ujar Ralie.

Dia menjelaskan, pada dasarnya konsumsi domestik tetap kuat dan pendapatan perusahaan bahkan tumbuh tinggi. Pasar saham Indonesia akan tetap memiliki outlook positif tahun ini karena investor memutuskan untuk buy on weakness.

Selain itu, lanjut dia, nilai tukar rupiah Indonesia yang menguat dan naik sekitar 3 persen tahun ini terhadap dolar AS karena investor asing kembali ke pasar obligasi lokal. Ini juga akan memberikan iklim investasi yang suportif terhadap pasar saham dalam waktu dekat.

"Rupiah yang lebih kuat tentu dapat menguntungkan pasar, di mana apresiasi rupiah sebesar satu persen terhadap dolar AS dapat meningkatkan laba bersih per saham sebesar satu persen, dengan asumsi hal lainnya tetap konstan," ujar Ralie.

Ralie melanjutkan penguatan rupiah juga merupakan kabar baik bagi importir dengan menggunakan dolar AS. Terutama perusahaan consumer goods yang mengimpor bahan baku dan juga perusahaan dengan eksposur utang menggunakan dolar AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement