Kamis 23 Feb 2023 17:55 WIB

Minyakita tak Lagi Masuk Retail Modern, Pengusaha Ritel: Sangat Disayangkan

Aprindo sangat menyayangkan Minyakita tidak lagi dijual di retail modern.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nora Azizah
Gudang produsen Minyakita, PT Bina Karya Prima, yang terletak di kawasan Marunda, Jakarta Utara.
Foto: Dok Kemendag
Gudang produsen Minyakita, PT Bina Karya Prima, yang terletak di kawasan Marunda, Jakarta Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyayangkan langkah pemerintah yang tak lagi memberikan alokasi suplai minyak goreng kemasan murah, Minyakita di retail modern. Pemerintah menyetop penjualan Minyakita melalui retail modern karena dinilai menyebabkan pergeseran konsumen dari semula minyak goreng premium ke Minyakita yang berharga murah.

"Statement saya adalah, kami sangat menyayangkan, karena akhirnya retail tidak dapat lagi. Kalaupun dibilang ada shifting konsumen, kami tidak dapatkan datanya," kata Ketua Umum Aprindo, Roy Nicholas Mandey saat ditemui di Jakarta, Kamis (23/2/2023).

Baca Juga

Lebih lanjut, Roy menyampaikan, sejuah ini tidak ada observasi yang menyatakan pergeseran tersebut. Ia mengatakan, konsumen yang sudah terbiasa mengonsumsi minyak goreng premium tidak akan pindah ke Minyakita.

Pasalnya, terdapat perbedaan cukup signifikan antara jenis premium dan Minyakita dari segi kualitas. "Mereka mau switching ke Minyakita itu rasanya beda. Kualitas beda. Mana mau? Enggak, karena ini masalah taste," ujarnya.

Namun, untuk preferensi konsumen di luar retail, Roy tak bisa memastikan. Bisa saja, konsumen pasar tradisional yang bisa membeli minyak goreng premium beralih ke Minyakita karena harga yang lebih murah.

Seperti diketahui, harga Minyakita diatur sebesar Rp 14 ribu per liter di tingkat konsumen. Namun, belakangan harga mengalami kenaikan yang disertai kelangkaan pasokan.

Soal kelangkaan tersebut, Roy menyebut itu memang karena dibeli oleh konsumen menengah ke bawah yang menyumbang sekitar 15-20 persen pembeli di retail modern.

Mereka yang biasanya belanja ke pasar tradisional, memilih retail modern karena letak toko yang kini lebih dekat dengan kawasan permukiman.

"Jadi yang rumahnya dekat dengan supermarket (retail), memilih ngapain beli jauh-jauh beli Minyakita," kata Roy.

Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, sebelumnya menyebut itu karena masyarakat menyerbu Minyakita dan terjadi peralihan konsumsi. Pola itu disebut Zulkifli terjadi baik di pasar tradisional maupun retail modern.

"Semua orang sekarang ambilnya Minyakita, jadi di pasar berkurang. Bukan suplainya berkurang, hanya saja barangnya laris. Penjualnya juga jadi lebih banyak," katanya akhir bulan lalu.

Lelaki yang akrab disapa Zulhas itu pun mengimbau agar masyarakat menengah ke atas yang terbiasa mengonsumsi minyak goreng premium agar tak beralih. Kemendag yang awalnya menyatakan akan mengurangi suplai Minyakita di retail modern menjadi disetop dan seluruhnya dialihkan ke pasar tradisional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement