Rabu 22 Feb 2023 21:18 WIB

Realisasi Tarik Utang Sudah Capai Rp 95,6 Triliun

Menkeu sebut minat masyarakat membeli SBN tersebut dinilai sangat kuat.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Lida Puspaningtyas
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan kinerja APBN dalam konferensi pers virtual, Rabu (22/2/2023).
Foto: tangkapan layar
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan kinerja APBN dalam konferensi pers virtual, Rabu (22/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan realisasi pembiayaan utang tercatat sebesar Rp 95,6 triliun pada Januari 2023. Angka itu mencapai 13,7 persen dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 yang senilai Rp 696,3 triliun.

“Pembiayaan utang pada Januari 2023 kita sudah terealisasikan senilai Rp 95,6 triliun. Terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) secara neto sudah di-issue senilai Rp 99,4 triliun, sedangkan pinjaman dilakukan pembayaran sebesar Rp 3,7 triliun,” ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA secara virtual, Rabu (22/2/2023).

Baca Juga

Dijelaskan, pada awal tahun ini pemerintah sudah menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) ritel atau SBR 012 senilai Rp 22,2 triliun dalam dua tenor, yakni tenor dua dan empat tahun. Minat masyarakat membeli SBN tersebut dinilai sangat kuat.

"Ini menggambarkan masyarakat sudah mulai melakukan diversifikasi investasinya. Jadi tidak hanya sekedar tabungan,” jelas dia.

Dirinya menilai, masyarakat kini mulai melihat SBN sebagai instrumen yang bisa dipercaya dengan tingkat pengembalian memadai dibandingkan investasi lain yang terkadang mengalami kerugian. SBR012  pun memiliki 62.375 investor atau menjadi SBN ritel dengan investor terbesar.

“Kita akan meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Kalau ingin berinvestasi membeli SBN yang paling aman dan reliable, ini juga akan sehat bagi APBN dan masyarakat,” tuturnya.

Pemerintah juga sudah menerbitkan SBN valas sebesar Rp 46,8 triliun atau tiga miliar dolar AS pada 2023. Sementara realisasi penarikan utang lewat pinjaman pada Januari 2023 tercatat minus Rp 3,7 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement