REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, industri nasional perlu mempersiapkan diri menghadapi era Society 5.0. Era itu merupakan sebuah konsep kehidupan masyarakat lebih terdigitalisasi.
Adapun beberapa teknologi yang patut dikembangkan menuju Society 5.0 yakni Edge Computing, Big Data Analytics, serta Internet of Every Things. “Pemerintah Indonesia juga sedang menyiapkan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang akan menjadi contoh penerapan smart city yang bisa menyiapkan masyarakatnya masuk dalam era Society 5.0,” ujarnya dalam Rapat Terbuka Senat Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada (FT UGM) secara virtual, Jumat (17/2/2023).
Sebagai prioritas selanjutnya, kata dia, pemerintah juga sedang mengupayakan percepatan transisi energi nasional melalui pengurangan konsumsi bahan bakar fosil dan pengembangan Pembangkit Listrik berbasis Energi Baru Terbarukan seperti wind turbine dan solar panel. Upaya transisi energi ini menurutnya, perlu pengembangan teknologi inovatif dan terjangkau, seperti pengembangan carbon capture dan storage.
“Semoga Fakultas Teknis dapat ikut aktif mendorong penguasaan teknologi, sehingga kita tidak hanya sebagai pengimpor teknologi, tapi juga mengembangkannya di dalam negeri. Transfer ilmu pengetahuan dan teknologi dengan negara-negara maju bisa didorong," tuturnya.
Pemerintah pun, kata Airlangga, sedang gencar mendorong pemanfaatan teknologi untuk hilirisasi komoditas berbasis mineral dan logam unggulan seperti bauksit, timah, tembaga, dan nikel. Ia mengungkapkan, Indonesia masih mengalami ketergantungan impor bahan baku atau barang penolong industri, sehingga perlu terus melakukan program substitusi impor dengan pengembangan industri berbasis teknologi dan Research and Development (R&D).
“Misalkan di sektor sawit dan turunannya, kita sudah kuasai dari hulu dan hilirnya, tapi dari sisi capital goods-nya yakni barang modal masih impor dari luar. Ini tantangan juga bagi Fakultas Teknik agar bisa memperdalam industri permesinan di sektor agro,” jelasnya.
Pada 2030, Indonesia menargetkan masuk dalam 10 Ekonomi Terbesar Dunia. Airlangga berharap, kerja sama antara perguruan tinggi dan industri dapat tercapai, sehingga kemandirian dan kedaulatan teknologi dapat terwujud pula.
Guna mewujudkan hal tersebut, pemerintah telah menyediakan antara lain fasilitas PIDI 4.0, Indonesia Manufacturing Centre, serta R&D Centre. “Universitas juga diharapkan memanfaatkan ekosistem untuk melakukan riset yang fokus, dan tentu juga mendorong generasi muda untuk bisa menjadi technological entrepreneurship (technopreneur) agar mampu bersaing pada teknologi (yang mendasari) Making Indonesia 4.0. Secara spesifik, saya mengusulkan technopreneurship menjadi salah satu kunci yang bisa dikembangkan di kampus, termasuk di UGM, khususnya Fakultas Teknik,” ujar Airlangga.