Selasa 14 Feb 2023 07:56 WIB

Pelindo Siapkan TPK Sorong Jadi Pusat Peti Kemas di Indonesia Timur

Penyiapan TPK Sorong merupakan upaya dalam mendukung efektivitas distribusi logistik

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Gita Amanda
PT Pelindo Terminal Peti Kemas (TPK) sedang mempersiapkan kajian mengenai kemungkinan menjadikan TPK Sorong sebagai pusat aktivitas (hub) peti kemas di wilayah Indonesia Timur. (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga
PT Pelindo Terminal Peti Kemas (TPK) sedang mempersiapkan kajian mengenai kemungkinan menjadikan TPK Sorong sebagai pusat aktivitas (hub) peti kemas di wilayah Indonesia Timur. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo terus berupaya memperbaiki ekosistem kepelabuhanan di Indonesia. PT Pelindo Terminal Peti Kemas (TPK) sedang mempersiapkan kajian mengenai kemungkinan menjadikan TPK Sorong sebagai pusat aktivitas (hub) peti kemas di wilayah Indonesia Timur.

"Penyiapan TPK Sorong disebut sebagai salah satu upaya perseroan mendukung efektivitas distribusi logistik," kata Corporate Secretary Pelindo Termknal Petikemas Widyaswendra dalam pernyataan tertulisnya, Senin (13/2/2023) malam.

Baca Juga

Dia menjelaskan, penyiapan TPK Sorong sebagai pusat aktivitas peti kemas dapat mendorong efektivitas pengiriman ke wilayah Indonesia Timur. Selama ini, kata dia, beberapa perusahaan pelayaran masih menggunakan kapal berkapasitas 600 hingga seribu TEUs untuk pengiriman peti kemas.

Kapal tersebut harus singgah di beberapa pelabuhan sebelum akhirnya tiba di pelabuhan tujuan akhir. Widyaswendra menuturkan, dengan adanya terminal peti kemas yang berfungsi sebagai pusat aktivitas, diharapkan pengiriman peti kemas dapat dilakukan dengan kapal berukuran lebih besar. 

Widyaswendra mengungkapkan, banyak lebih dari satu perusahaan pelayaran yang memiliki jangkauan hingga ke Indonesia Timur. Peti kemas dari Jakarta atau Surabaya diangkut dengan kapal kapasitas 1.500-3.000 TEUs sampai ke TPK Sorong.

"Setelah itu didistribusikan ke pelabuhan lain yang dalam jangkauan dengan kapal berukuran lebih kecil,” tutur Widyaswendra.

Menurutnya, konsep tersebut dinilai dapat memberikan dampak pada efisiensi biaya pengiriman peti kemas. Mengenai nilai efisiensi yang didapat, Widyaswendra menyebut saat ini perseroan tengah melakukan proses kajian yang lebih mendalam.

Selain itu, untuk menjadikan TPK Sorong sebagai pusat aktivitas peti kemas, PT Pelindo Terminal Petikemas juga akan melakukan sejumlah tranformasi lanjutan. Begitu juga dengan investasi untuk menyiapkan segala fasilitas dan layanan yang terbaik bagi pengguna jasa.

“Potensi arus peti kemas ketika TPK Sorong nantinya sekitar 243 ribu TEUs. Saat ini kami sedang dalam proses kajian yang lebih menyeluruh, termasuk juga melibatkan para pengguna jasa," jelas Widyaswendra.

Kajian tersebut meliputi analisis rute eksisting yang saat ini menjadi jalur kapal peti kemas, analisa kawasan pendukung dan penyangga (hinterland), dan analisa mengenai konsolidasi muatan. Begitu juga mengenai desain rute baru yang diusulkan.

Arus peti kemas di TPK Sorong pada periode 2022 tercatat 48.048 TEUs. Beberapa pelabuhan yang masuk jangkauan terdekat seperti TPK Jayapura sebanyak 95.431 TEU-, Pelabuhan Nabire 31.138 TEUs, Pelabuhan Bintuni 11.100 TEUs, Pelabuhan Manokwari 40.982 TEUs, dan Pelabuhan Biak sebanyak 13.376 TEUs.

Dosen Teknik Sistem Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Saut Gurning menilai, konsep menjadikan TPK Sorong pusat aktivitas peti kemas di Indonesia Timur sangat dibutuhkan di Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Saut menyebut keberadaan pelabuhan yang berfungsi sebagai hub dan penggunaan kapal berkapasitas besar akan meningkatkan jumlah kunjungan kapal dan jumlah peti kemas yang dapat diangkut oleh kapal.

"Dengan demikian dapat berdampak pada biaya logistik secara bertahap. Model pengangkutan yang berjalan saat ini dengan banyak rute pelabuhan dan jumlah peti kemas yang terbatas menjadi salah satu faktor biaya logistik di Indonesia Timur cukup tinggi," kata Saut.

Saut juga menyinggung faktor biaya tinggi lainnya yakni mengenai muatan yang kembali dari wilayah timur ke wilayah barat yang masih didominasi peti kemas kosong. Menurut Saut, salah satu hal yang memungkinkan saat ini adalah penyiapan fasilitas konsolidasi untuk komoditas hasil tangkapan laut yang memiliki potensi cukup tinggi.

Banhkan menurutnya, tidak menutup kemungkinan keberadaan pusat aktivitas peti kemas di Indonesia Timur dapat menjadi area persinggahan bagi peti kemas luar negeri. Khususnya uang melayani rute Jepang-Australia ataupun rute luar negeri lainnya.

“Tantangan terbesar memang berkaitan dengan muatan yang kembali dari timur. Namun dengan konsep penggunaan kapal besar dari Jakarta atau Surabaya ke Sorong setidaknya dapat membantu dalam menekan biaya logistik," ungkap Saut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement