REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Biofarma (Persero) selaku induk holding BUMN farmasi berencana melakukan spin off anak usaha bidang manufaktur. Hal ini merupakan bagian dalam rencana perusahaan melantai atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Ini kita harapkan tahun ini akan melakukan spin off dari Bio Life and sciences Company untuk bisa betul-betul fokus kepada pengembangan produk dan juga kepada manufaktur produk bio life dan sciences produk," ujar Pahala dalam perayaan hari ulang tahun (HUT) holding BUMN farmasi ke-3 dan peluncuran produk CerviScan & MedBiz di Hotel Tribrata, Jakarta, Selasa (31/1/2023).
Pahala menargetkan spin off ini dapat terealisasi pada semester pertama 2023. Pahala berharap hal ini menjadi upaya holding dalam meningkatkan nilai dan menjadi pionir ketahanan di bidang kesehatan.
Direktur Utama PT Biofarma Honesti Basyir menyampaikan spin off ini sejalan dengan rencana perusahaan membangun pabrik baru di kawasan Karawang seluas 3,2 hektare. Pabrik tersebut nantinya akan ditopang dengan bioteknologi berstandar paling tinggi sehingga menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.
"Itu rencana kita untuk bangun potensi baru. Ada rencana unlock value, jadi harus bangun pabrik, kita lagi bikin desain planning, ini jadi bagian spinn off company," ucap Honesti.
Honesti mengatakan pabrik ini nantinya akan memproduksi vaksin yang berbeda dari yang telah diproduksi Biofarma. Pabrik tersebut fokus pada jenis vaksin kelas lebih tinggi hingga produk bioscience. Honesti memperkirakan pembangunan pabrik tersebut menelan biaya investasi sekitar Rp 3 triliun-Rp 5 triliun. Honesti optimistis proses tender akan selesai pada dua bulan ke depan.
"Investor kita lagi cari, ada gabungan dari luar negeri. Sudah bicara dengan beberapa pihak, masih menunggu lampu hijau kementerian untuk action. Kebanyakan bilateral dan anak grupnya World Bank," kata Honesti.