Selasa 31 Jan 2023 21:38 WIB

Rupiah Diyakini akan Menguat, BI Lihat 5 Sinyal Ini

Penguatan tersebut didorong oleh aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik.

Rep: Rahayu Subekti / Red: Lida Puspaningtyas
Kementerian Keuangan, LPS, OJK, dan Bank Indonesia menggelar konferensi pers konferensi pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2023, Selasa (31/1).
Foto: Republika/Iit Septyaningsih
Kementerian Keuangan, LPS, OJK, dan Bank Indonesia menggelar konferensi pers konferensi pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2023, Selasa (31/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) yakin pasar rupiah akan terus menguat. Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan keyakinan tersebut berdasarkan lima sinyal dari faktor fundamental.

 

Baca Juga

“Satu, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup baik dibandingkan ekonomi global meskipun ada revisi dari IMF,” kata Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Selasa (31/1/2023).

 

Dibandingkan sejumlah negara emerging market, Perry menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup tinggi 4,9 persen. Dia menuturkan, pertumbuhan ekonomi China bahkan hanya diprediksi 4,5 persen.

 

Faktor kedua yakni inflasi yang rendah. Perry yakin, inflasi Indonesia pada semester I 2023 dan Indeks Harga Konsumen juga masing-masing akan di bawah empat persen.

 

Selanjutnya faktor ketiga yakni transaksi berjalan tahun lalu surplus. “Tahun ini transaksi berjalan masih imbang. Neraca pembayaran akan surplus,” tutur Perry.

 

Faktor keempat, Perry mengatakan imbal hasil yang menarik dari obligasi Indonesia. Lalu kelima yaitu komitmen BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah untuk mendukung ekonomi Indonesia.

 

Rupiah pada awal 2023 mengalami apresiasi, di mana sampai dengan 27 Januari 2023 menguat 3,89 persen dibandingkan dengan level akhir Desember 2022. Penguatan Rupiah relatif lebih baik dibandingkan dengan apresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Malaysia (3,83 persen), Filipina (2,30 persen), dan India (1,46 persen).

 

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penguatan tersebut didorong oleh aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik. “Ini sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik yang tetap baik dengan stabilitas yang terjaga, imbal hasil aset keuangan domestik yang tetap menarik, dan ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit mereda,” ungkap Sri Mulyani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement