Rabu 25 Jan 2023 13:08 WIB

Wapres Ingatkan Surplus Beras Terus Menipis

Wapres KH Ma'ruf Amin menyoroti jumlah surplus beras yang terus menurun.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ahmad Fikri Noor
Wakil Presiden Maruf Amin saat membuka Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (25/1/2023).  Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin menyoroti jumlah surplus beras yang terus menurun dari tahun ke tahun.
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Wakil Presiden Maruf Amin saat membuka Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (25/1/2023). Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin menyoroti jumlah surplus beras yang terus menurun dari tahun ke tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin menyoroti jumlah surplus beras yang terus menurun dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) surplus beras pada 2022 1,74 juta ton atau menurun jauh dari 2018 yakni sebanyak 4,37 juta ton.

"Produksi beras misalnya, berdasarkan data BPS, memang selalu surplus setiap tahun. Tetapi perlu menjadi perhatian jumlah surplusnya, ini cenderung menurun setiap tahun," kata Ma'ruf saat membuka Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (25/1/2023).

Baca Juga

Ma'ruf pun meminta agar semua pihak jangan berfokus hanya pada surplus saja, tetapi juga pada besaran angka produksinya. Dia berharap jumlah surplus beras terus meningkat agar produksi beras juga meningkat dari tahun ke tahun.

Produksi beras di Indonesia berpengaruh pada ketersediaan pangan dan stabilitas harga pangan nasional. Apalagi, masyarakat Indonesia saat ini masih tergantung pada beras sebagai sumber makanan pokok.

"Ketersediaan pangan dan stabilitas harga pangan menjadi persoalan kritikal yang harus senantiasa dikelola dengan baik, seiring meningkatnya tren pertumbuhan penduduk," ujarnya.

Oleh karena itu, Wapres menekankan agar Rakernas Pertanian fokus menajamkan prioritas dan program kerja pembangunan sektor pertanian. Menurutnya, ini penting agar sektor pertanian semakin kuat serta mampu menjadi pengendali inflasi guna menghadapi krisis pangan dunia.

Pertama, Ma'ruf meminta Kementerian Pertanian agar mengidentifikasi komoditas pangan yang tepat dalam menghadapi krisis pangan dunia, serta fokus mendorong pengembangannya, termasuk penetapan target produksi dan lokasinya. Kedua, Ma'ruf juga meminta Kementerian Pertanian membuat terobosan-terobosan untuk lompatan peningkatan produktivitas dan penciptaan nilai tambah produk pertanian di tengah keterbatasan lahan.

"Fakta bahwa lahan pertanian semakin menyusut karena alih fungsi lahan pertanian menjadi nonpertanian. Hal ini dapat menjadi ancaman nyata ketahanan pangan kita, apabila tidak dibarengi dengan upaya menggenjot produksi," ujarnya.

Selain itu, Wapres meminta perlunya menggandeng berbagai pihak baik petani individu maupun kelompok, perguruan tinggi, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga penelitian. Sehingga, tercipta inovasi-inovasi aplikatif seperti penemuan bibit unggul, teknologi pertanian, serta sarana dan prasarana pertanian.

Ketiga, Ma'ruf juga meminta agar menggiatkan program diversifikasi pangan lokal secara masif. Menurutnya, selain mewujudkan swasembada beras tanpa impor, upaya menjaga ketahanan pangan perlu diikuti dengan penggalakan kembali program diversifikasi pangan, melalui pengembangan hulu-hilir pangan lokal.

"Presiden telah menegaskan hal ini, termasuk pada berbagai kesempatan saya mengingatkan agar percepatan program diversifikasi dan pengembangan pangan lokal ini didukung dengan riset," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement