REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proyek Joint Crediting Mechanism (JCM) atau Mekanisme Kredit Bersama (MKB) telah membantu penerbitan karbon kredit di Indonesia sebesar 56.264 ton CO2 ekuivalen. Kerja sama antara Jepang dan Indonesia itu telah disepakati pada Agustus 2013.
Kini terdapat 52 proyek JCM yang tengah berjalan di Tanah Air. Sebagian besar merupakan subsektor energi terbarukan, efisiensi energi, pembangkit energi, dan infrastruktur.
Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral Kemenko Perekonomian Ferry Ardianto mengatakan, dari total 52 proyek tersebut, sebanyak 24 proyek telah teregistrasi. Sedangkan 28 sisanya masih dalam pipeline.
"Sebanyak 12 proyek sudah mengeluarkan karbon kredit 56.264 ton CO2 ekuivalen," ujarnya dalam Media Briefing di Jakarta, Kamis (19/1/2023). Sementara, sebanyak 52 proyek JCM di Indonesia berhasil berkontribusi terhadap Nationally Determined Contribution (NDC) hingga 300 ribu ton CO2 ekuivalen sejak 2021.
Pemerintah pun sudah menaikkan target NDC menjadi 32 persen atau setara 912 juta ton CO2 pada 2030. Sebelumnya, Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon 29 persen atau setara dengan 835 juta ton CO2.
"Jadi 56.264 ton CO2 ekuivalen tidak termasuk dalam pemenuhan NDC, tapi masuk framework Kyoto protokol," tuturnya. Ia menambahkan, proyek JCM di Indonesia sudah melaksanakan 120 studi kelayakan, serta 28 metodologi telah disetujui. Dijelaskan, metodologi merupakan cara perhitungan dan pengukuran, meliputi formula pengukuran penurunan emisi karbon dari suatu proyek JCM.
Sayangnya Ferry enggan menyebutkan total nilai investasi proyek JCM di Indonesia. Ia hanya mengungkapkan, kisaran nilainya ssekitar ratusan juta dolar AS.
Pemerintah Jepang sendiri telah mendanai sejumlah proyek JCM di beberapa negara seperti Vietnam, Mongolia, Arab Saudi, dan lainnya. Hanya saja sekarang Indonesia menjadi negara dengan proyek JCM terbanyak.