REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penerapan prinsip bisnis berkelanjutan yang memperhatikan lingkungan hidup, sosial, dan tata kelola atau ESG (Enviromental, Social, Governance) semakin dituntut bagi dunia usaha. Pembangunan berkelanjutan yang melibatkan semua aspek dinilai sebagai jalan menekan berbagai kerusakan lingkungan, hingga dapat mendongkrak kesejahteraan.
Direktur Eksekutif Lippo Group, John Riady, menilai pemaknaan sederhana ESG itu sangat penting bagi perluasan penerapan prinsip dalam menjalankan bisnis. Saat ini, prinsip-prinsip ESG masih harus menjalani sosialisasi dan edukasi bagi dunia usaha di semua tingkatan.
“Tahun ini menjadi momentum penting bagi penerapan ESG, setelah dua tahun terjerembab imbas pandemi. Waktu tepat untuk memperluas penerapan dan pemberlakuan ESG bagi korporat,” ujar John.
Akhir 2022, pemerintah melalui Menteri Keuangan telah menerbitkan kerangka kerja manual ESG bagi sektor infrastruktur. Melalui kerangka kerja ESG itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan komitmen pemerintah terkait pembangunan berkelanjutan terutama pada sektor infrastruktur dan pemerintah berharap akan lebih mudah mengajukan proposal pembiayaan investasi hijau. Melalui penerapan ESG, pembangunan infrastruktur akan memberikan dampak yang sangat positif bagi semua aspek kehidupan.
Di sisi lain, ESG memberikan berbagai panduan bagi dunia usaha untuk tidak sekadar mengejar profit. Melainkan pula, mempertimbangkan dampak dari kegiatan operasional, fungsi finansial, keorganisasian, hingga nasib akhir produk. Semua proses mempertimbangkan eksternal terhadap lingkungan hidup dan sosial, serta internal kepada para pekerja atau anggota organisasi dan para pemodal.
Menurut John, sejauh ini pihak swasta maupun pemerintah perlahan makin mensosialisasikan penerapan ESG bagi praktik ideal bisnis. “Saya sebagai praktisi bisnis yang membawahi Lippo Group sangat berkepentingan dengan ESG, sebab saya meyakini Lippo secara grup bakal berkontribusi besar bagi masyarakat melalui berbagai layanan bisnis,” kata John.
Berkaca dari perjalanan penerapan ESG sejauh ini, dia mengungkapkan dalam dua tahun didera pandemi, berbagai pihak tetap mengupayakan penerapan prinsip bakal jadi acuan. Sebabnya, ESG adalah kurva yang kelak dipakai secara umum bagi berbagai kepentingan bisnis dan pembiayaan.
Sementara itu, Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) yang akan digelar di Davos, Swiss 16-20 Januari 2023, mengambil tema “Cooperation in a Fragmented World” bertujuan untuk mengatasi masalah paling mendesak yang dihadapi dunia dan memberikan solusi inovatif terkait ESG & SDG.
Momentum penerapan ESG pun dihadirkan selama Forum G20 di Bali, dimana Indonesia menggagas upaya inovatif demi menggapai peningkatan kualitas kehidupan lingkungan masyarakat, seperti gagasan pembiayaan kesehatan global, hingga penerapan pembiayaan hijau.
Menurut John, perluasan penerapan prinsip ESG harus dibarengi paradigma yang sebangun. Maksudnya, ESG harus menjadi bagian integral yang dipahami dan dilaksanakan seluruh anggota entitas bisnis. “Jadi, ESG itu harus dipahami bukan sekadar pengaturan indeks dan laporan semata," ucapnya.
"Yang lebih penting adalah paradigma tiap individu dari organisasi bisnis yang memiliki visi tersebut, hal itu baru muncul manakala secara utuh dan menyeluruh entitas bisnis mengacu ESG,” kata dia menambahkan.