REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional (NFA) menetapkan cadangan beras pemerintah (CBP) tahun ini sebanyak 2,4 juta ton, naik dua kali lipat dari yang ditargetkan tahun lalu sebanyak 1,2 juta ton. Volume itu dinilai cukup untuk mengantisipasi adanya lonjakan kebutuhan beras seperti yang terjadi akhir 2022.
Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, mengatakan pihaknya tak ingin kejadian menipisnya cadangan beras Bulog terulang disaat produksi dalam negeri terbatas.
"Kita harus siapkan supaya kondisi empat bulan terakhir tidak terulang karena Bulog tidak cukup stoknya untuk intervensi," kata Arief kepada Republika.co.id, Kamis (5/1/2023).
Ia mengingatkan, kapasitas penyimpanan gudang Bulog juga jauh lebih besar yakni 3,5 juta ton sehingga cukup untuk menyimpan stok 2,4 juta ton.
Seperti diketahui, Perum Bulog sejak 2019 lalu melakukan penyesuaian volume cadangan beras karena tak lagi menjadi penyalur dalam program Rastra. Itu agar mencegah terjadinya penumpukan beras yang berujung pada turun mutu.
Di satu sisi, pemerintah juga hanya menetapkan jumlah CBP di kisaran 1 juta ton hingga 1,5 juta ton per bulan.
Arief mengatakan, upaya peningkatan volume CBP juga sejalan dengan instruksi Presiden Joko Widodo dalam Sidang Kabinet Paripurna pada 6 Desember 2022 lalu.
Presiden, kata Arief, meminta agar cadangan beras nasional benar-benar dihitung sesuai kondisi lapangan. Cadangan harus disiapkan secara baik sehingga tidak menyebabkan adanya kenaikan harga di pasaran.