Rabu 04 Jan 2023 17:19 WIB

Rupiah Menguat Jelang Rilis Notulen Rapat Bank Sentral AS

Pelaku khawatirkan sikap agresif The Fed setelah naikkan suku bunga.

Petugas memberikan uang pecahan dolar AS kepada pembeli di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (4/1/2023) sore ditutup menguat jelang rilis notulen rapat bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed).
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas memberikan uang pecahan dolar AS kepada pembeli di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (4/1/2023) sore ditutup menguat jelang rilis notulen rapat bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (4/1/2023) sore ditutup menguat jelang rilis notulen rapat bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed). Rupiah ditutup menguat 18 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp 15.583 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.601 per dolar AS.

"Pasar bersikap hati-hati menantikan notulen rapat Federal Reserve malam hari nanti," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Pelaku pasar mengkhawatirkan sikap agresif The Fed setelah pada tahun lalu menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) sebanyak empat kali berturut-turut dan diikuti kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada Desember lalu.

Kenaikan suku bunga yang terus berlanjut dapat memicu pelemahan roda ekonomi, disebabkan naiknya minat menabung dari pelaku pasar. Jika notulen rapat The Fed pada dini hari nanti masih mengindikasikan kenaikan suku bunga lebih jauh, nilai dolar akan terus naik.

Pembuat kebijakan The Fed diperkirakan mungkin akan cenderung menunjukkan sikap hawkish. Ekspektasi tersebut didasari oleh pasar tenaga kerja AS yang ketat dapat membuat inflasi semakin membandel ke depannya.

Meningkatnya permintaan tenaga kerja akan dikompensasi oleh pertumbuhan upah yang lebih tinggi dapat mendorong inflasi meningkat.

Di sisi lain, ada peringatan terbaru dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang mengatakan bahwa pada 2023 tiga pusat pertumbuhan utama dunia yaitu AS, Eropa, dan China, semuanya akan mengalami aktivitas yang melambat.

Selain itu pasar juga mencemaskan memburuknya kasus COVID-19 di China yang diperkirakan dapat menunda pembukaan kembali ekonomi yang lebih luas.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp15.613 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp 15.580 per dolar AS hingga Rp 15.631 per dolar AS.

Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu melemah ke posisi Rp15.615 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp 15.590 per dolar AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement