Senin 02 Jan 2023 13:24 WIB

Kapitalisasi Pasar Modal Sentuh Rekor Tertinggi Rp 9.500 Triliun

Investor generasi milenial dan generasi Z, zillenial capai porsi 58,7 persen.

Rep: Novita Intan/ Red: Lida Puspaningtyas
Presiden Joko Widodo menghadiri Peresmian Pembukaan Perdagangan  Bursa Efe Indonesia Tahun 2023, Senin (2/1/2023).  Turut hadir dalam acara ini Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar.
Foto: Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat P
Presiden Joko Widodo menghadiri Peresmian Pembukaan Perdagangan Bursa Efe Indonesia Tahun 2023, Senin (2/1/2023). Turut hadir dalam acara ini Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mencatat kinerja pasar modal Indonesia pada 2022 merupakan terbaik dibandingkan negara-negara Asean dan Asia. Pasar modal Indonesia pada 2022 bertahan dan cenderung positif.

"Sepanjang 2022 nilai kapitalisasi pasar menyentuh rekor tertinggi sebesar Rp 9.500 triliun atau 600 miliar dolar AS atau setara 50 persen terhadap produk domestik bruto Indonesia," katanya dalam Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia 2023, Senin (2/1/2023).

Dalam catatan 2022 juga terdapat 59 pencatatan saham baru, initial public offering pada 2022 dengan jumlah investor pasar modal meningkat sebanyak 10,3 juta. Jumlah tersebut 10 kali lipat atau 1.000 persen meningkat dalam lima tahun terakhir sejak 2017.

Menariknya investor didominasi oleh investor domestik yang sudah mencapai 55 persen. Dari seluruh investor dan kalau dihitung dari generasi milenial dan generasi Z, zillenial, sebesar 58,7 persen.

Menurutnya, pencapaian tersebut sangat positif terlebih lagi di tengah suasana penutupan perdagangan bursa saham Eropa per 30 Desember 2022 yang dinilai brutal oleh salah satu media keuangan internasional. Bursa saham Eropa turun akibat perang di Ukraina, inflasi yang tinggi dan kebijakan moneter yang ketat.

"Ini jauh berbeda dengan suasana yang kita alami pada saat ini. Jadi itu suasana yang mencekam di Eropa. Dalam konteks itu kita patut bersyukur," ucapnya.

 

Indeks Eropa turun 12 persen yang artinya terburuk sejak 2018 bahkan lebih buruk dari pandemi pada 2020-2021. Kemudian Euro Zone pada tahun baru masuk ke zona kelesuan yang berat bahkan Bank of England (BoE) mengatakan ekonomi Inggris akan masuk ke dalam resesi yang berkepanjangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement