Selasa 27 Dec 2022 09:32 WIB

Penjualan Ritel Jepang Naik untuk Kesembilan Kalinya

Dilonggarkannya peraturan Covid-19 dan subsidi perjalanan domestik dorong permintaan

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Perusahaan ritel asal Jepang, UNIQLO.  Penjualan ritel Jepang naik untuk kesembilan kalinya berturut-turut.
Foto: dok. istimewa
Perusahaan ritel asal Jepang, UNIQLO. Penjualan ritel Jepang naik untuk kesembilan kalinya berturut-turut.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Data menunjukkan pada bulan November penjualan ritel Jepang naik untuk kesembilan kalinya berturut-turut. Dilonggarkannya peraturan perbatasan Covid-19 dan subsidi perjalanan domestik dari pemerintah membantu mendorong permintaan konsumen.

Namun dibandingkan bulan Oktober angka penjualan turun karena naiknya harga kebutuhan sehari-hari memberikan beban pada rumah tangga. Inflasi inti konsumen Jepang mencapai titik tertingginya dalam 40 tahun, mengindikasi kenaikan harga semakin meluas.

Pemulihan konsumsi swasta yang mencakup lebih dari setengah perekonomian Jepang merupakan kunci yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada kuartal ketiga diperkirakan akan turun.

Penjualan ritel tumbuh 2,6 persen dari tahun sebelumnya tapi lebih rendah dibandingkan prediksi sebesar 3,7 persen. Kecepatan pertumbuhan penjualan tahunan yang menjadi barometer konsumsi swasta melambat pada Oktober dari 4,4 persen dan bulan September sebesar 4,8 persen.

Setelah disesuaikan dengan musim penjualan ritel bulan November turun 1,1 persen dari bulan sebelumnya. Turun pertama kalinya dalam lima bulan.

Data pekan lalu menunjukkan pada bulan November wisatawan yang tiba di Jepang naik hampir 1 juta. Pertama kalinya sejak Negeri Sakura melonggarkan peraturan pembatasan yang diterapkan selama pandemi Covid-19.

Kampenye subsidi perjalanan domestik yang mulai dari pertengahan Oktober turut membantu industri pariwisata yang terdampak pandemi. Kebijakan ini juga mendorong orang untuk berpergian dan berbelanja.

Data terpisah menunjukkan angka pengangguran Jepang pada bulan November turun 2,5 persen. Sesuai dengan prediksi jajak pendapat Reuters dan lebih rendah dari bulan Oktober yang sebesar 2,6 persen.  

Rasio lamaran kerja yang menjadi indikator ketersediaan lapangan kerja pada bulan November 1,35 tidak berubah dari bulan Oktober. Di mana berada di tingkat tertinggi sejak Maret 2020.

Gubernur Bank Jepang Haruhiko Kuroda menyuarakan haapannya pada kelangkaan tenaga kerja akan menekan perusahaan untuk menaikan gaji. Ia menepis kemungkinan bank sentral akan keluar dari kebijakan moneter sangat longgar.

Tingginya angka inflasi juga mendorong perusahaan untuk menaikan gaji. Surat kabar Nikkei melaporkan Canon Inc berencana menaikan gaji dasar untuk pertama kalinya dalam 20 tahun.

Perekonomian Jepang diprediksi akan menyusut di kuartal ketiga karena resiko resesi global, melemahnya perekonomian China, pelemahan yen dan tingginya biaya impor yang berdampak pada konsumsi dan bisnis.

Pekan lalu pemerintah merevisi prediksi pertumbuhan pada tahun fiskal berikutnya dari 1,5 persen menjadi 1,1 persen.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement