REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mencatat sektor industri logam tumbuh 20,6 persen per kuartal III 2022. Adapun capaian tersebut merupakan angka tertinggi selama 10 tahun terakhir, sekaligus salah satu penunjang terbesar industri baja.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Dirjen ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier mengatakan, selama ini pemerintah berupaya mendorong program hilirisasi industri. “Hal ini dapat tercapai berkat Tatalogam Lestari sebagai bagian dari industri baja ringan yang sudah mulai menjalankan program hilirisasi,” ujarnya, Kamis (22/12/2022).
Maka itu, dia mengapresiasi keberhasilan PT Tatalogam Lestari yang telah mampu memasarkan produk hilirnya hingga ke luar negeri. Adapun keterlibatan industri kecil menengah (batu alam dalam menghasilkan produk atap metal kualitas ekspor dengan nama Multi Sirap ini juga disebutnya sebagai bagian dari hilirisasi yang sangat penting.
“Yang pertama pemerintah terus mendukung. Ini (ekspor end product) adalah konsep bentuk hilirisasinya baja. Jadi kita juga menerapkan supply - demand antara hulu, tengah dan hilir. Hilir ini sebenarnya merupakan bagian terpenting karena produk akhirnya ini sudah langsung digunakan oleh end user. Dari situ kita dukung untuk menerapkan SNI Baja profil baja ringan karena mengatur tata niaga, sehingga tercipta iklim bisnis yang sehat juga,” ucapnya.
Dia melanjutkan, dukungan lain yang diterapkan pemerintah melalui instrumen tingkat komponen dalam negeri. Saat ini tingkat komponen dalam negeri sudah 40 persen produk tersebut punya hak untuk masuk ke dalam goverment expenditure pembangunan pemerintah pusat, daerah, dan BUMN.
“Begitu utilitasnya naik dia otomatiskan akan menambah tenaga kerja, dan dia akan berpikir ekspansi menambah kapasitas. Itu merupakan salah satu targetnya. Makanya pemerintah akan mendorong ke arah situ terus. Kemudian di dalam industrinya sendiri juga sudah harus dipikirkan bagaimana masuk ke industri hijau, dan mengefisiensikan proses produksinya. Efisiensi energi dan lain-lain, karena segala efisiensi yang dilakukan, apalagi outputnya itu juga mengurangi karbon, itu adalah industri hijau. dan pasti itu akan secara bertahap masuk kesana,” ucapnya.
Sementara itu Vice President Tatalogam Group, Stephanus Koeswandi menambahkan produk atap metal Multi Sirap merupakan produk akhir baja ringan berupa atap metal yang dilapisi batu rijang dan batu andesit atau batuan alam unik dari gunung berapi yang memiliki tingkat kekerasan tinggi. Batuan ini mampu mengurangi suhu ekstrem dan meredam suara. Batu ini juga sudah lolos uji ketahanan di Amerika dan berhasil mengantongi sertifikat FM Approvals (Factory Mutual Approvals) dan ASTM (American Standard Testing and Material).
“Atap Multi Sirap merupakan hasil kolaborasi antara Tatalogam Lestari dengan UD Celladia, IKM pengrajin batuan alam di Trenggalek, Jawa Timur yang sudah bermitra dengan kami sejak 1994. Kemudian 2000 IKM itu mulai kami bina hingga akhirnya beberapa hari yang lalu kami dianugerahi penghargaan Upakarti dari Kemenperin karena menjadi industri pelopor yang bisa membawa produk Indonesia ke luar negeri yang di dalamnya ada link and match dengan IKM,” ucapnya.
Menurutnya sebanyak 20 ton atap metal Multi Sirap senilai Rp 1 miliar atau usd 52.000 akan dikirim ke Malaysia dalam ekspor perdana kali ini. Tatalogam Group juga sudah rutin mengekspor produk baja lapis aluminium seng dengan merk dagang Nexalume ke 15 negara di seluruh dunia dengan volume ekspor lima ribu ton setiap bulannya.
“Kali ini ekspor perdana kami untuk produk hilir yang akan langsung bertemu pengguna di luar negeri. Kami berharap dimulainya ekspor produk hilir ini akan memberikan nilai tambah tidak hanya di ekspor bahan mentah atau setengah jadi. Hal ini sesuai amanat presiden untuk mendorong program hilirisasi industri. Jadi kami berusaha memperkuat industri hilir baik untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun mancanegara,” ucapnya.