REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk masih menanti pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait pelaksanaan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue. Aksi korporasi itu tetap akan dieksekusi pada tahun ini, meskipun terjadi beberapa perubahan jadwal dari proyeksi jadwal yang disampaikan dalam prospektus awal.
Setelah pernyataan efektif dikantongi, rights issue akan langsung dieksekusi. Perseroan membidik dana segar sebesar Rp 4,13 triliun dari rights issue.
Hal itu terdiri atas dana penyertaan modal negara sebesar Rp 2,48 triliun sesuai dengan porsi kepemilikan pemerintah sebesar 60 persen saham BTN dan publik sebesar Rp 1,6 triliun.
Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan dalam rights issue, perseroan akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 4,6 miliar saham seri B dengan nilai nominal Rp 500 per saham. "Harga rights issue akan diskon sekitar 15 sampai 25 persen dari harga price to book value (PBV) saham BBTN saat ini," ujarnya kepada wartawan, Kamis (8/12/2022).
Mengingat belum ada pernyataan efektif dari OJK, perseroan belum mengumumkan harga pasti pelaksanaan rights issue. Perseroan telah melakukan roadshow rights issue ke investor institusi sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Eropa dan Singapura.
Sementara itu Wakil Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan investor antusias dengan berbagai inisiatif strategis perseroan dalam meningkatkan profitabilitas dan menjadi mortgage digital bank terbesar di Asean.
“Berbagai pertanyaan yang mereka ajukan menunjukkan bahwa kami memang sudah lama tidak berdiskusi dan menyampaikan business updates ke investor global. Mereka cukup surprise dengan sejumlah perbaikan dan pencapaian BTN,” ucapnya.
Menurutnya selama ini investor asing melihat masalah likuiditas, struktur biaya dana dan rasio pembiayaan bermasalah sebagai tantangan utama bank. Namun, peningkatan fundamental yang sudah dilakukan selama tiga tahun terakhir mendorong minat mereka masuk ke perseroan.
Analis MNC Sekuritas Tirta Gilang Citradi menilai momentum rights issue merupakan kesempatan langka bagi investor untuk mendapatkan harga saham BBTN secara diskon. Maka itu, jadwal cum date dan ex date rights issue perlu diperhatikan.
Cum date adalah tanggal terakhir perdagangan saham dengan hak memesan efek terlebih dahulu. Sedangkan ex date adalah tanggal perdagangan saham tanpa hak memesan efek terlebih dahulu.
Artinya, masyarakat yang berminat mendapatkan rights, harus memiliki saham BBTN paling lambat pada tanggal cum date. “PBV BBTN saat ini 0,76x, dan sangat mungkin harga rights akan di bawah harga saham induk, jadi dua kali diskon,” kata Tirta.
Dia menekan harga nominal rights issue sebesar Rp 500 per saham bukan harga pelaksanaan rights issue. Harga pelaksanaan baru akan diumumkan dalam prospektus final.
Analis RHB Sekuritas Indonesia Ryan Santoso dan Andrey Wijaya menilai masuknya dana segar baru dari pelaksanaan rights issue akan mengerek capital adequacy ratio menjadi sekitar 19 sampai 20 persen, dibandingkan September 2022 sebesar 17,3 persen.
“Kami memperkirakan masuknya dana segar baru tersebut akan memperkuat kemampuan perseroan untuk mendongkrak pertumbuhan kredit ke depan. Apalagi pemerintah merencanakan peningkatan pemberian subsidi pembelian rumah bagi 200 ribu unit 2023, dibandingkan target 2022 sekitar 168 ribu,” ucapnya.
RHB Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham BBTN dengan target harga Rp 2.450 per saham. Adapun target tersebut juga merefleksikan semakin pesatnya peningkatan laba bersih perseroan setelah rights issue tuntas tahun ini.
BRI Danareksa Sekuritas telah terlebih dahulu memberikan rekomendasi beli saham BBTN dengan target harga Rp 2.500. Adapun target tersebut merefleksikan kuatnya pertumbuhan kinerja keuangan perseroan hingga September 2022.
Target harga tersebut juga menggambarkan ekspektasi peningkatan laba bersih BBTN menjadi Rp 2,97 triliun pada 2022 dan menjadi Rp 3,41 triliun pada 2023, dibandingkan pencapaian 2021 senilai Rp 2,37 triliun. PPOP perseroan juga diprediksi meningkat menjadi Rp 7,61 triliun pada 2022 dan senilai Rp 8,18 triliun pada 2022, dibandingkan perolehan tahun lalu Rp 6,66 triliun.
Rekomendasi beli saham BBTN juga datang dari Mandiri Sekuritas dengan target harga sekitar Rp 2.300 per saham. Adapun rekomendasi beli ini tidak terlepas dari rencana rights issue sedang tengah berjalan.
Dana hasil rights issue yang sekitar Rp 4,13 triliun akan digunakan memperbesar kapasitas pembiayaan perumahan.