Rabu 07 Dec 2022 12:52 WIB

Saham GOTO Masih Terbakar, Apa Kabar dengan TLKM?

Pada perdagangan sesi pertama hari ini GOTO kembali menyentuh batas ARB di level 017.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya di Jakarta (ilustrasi)
Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya di Jakarta (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saham perusahaan decacorn PT GoTo Gojek Tokoedia Tbk (GOTO) masih terjebak di zona merah. Pada perdagangan sesi pertama hari ini, Rabu (7/12/2022), GOTO kembali menyentuh batas Auto Rejection Bawah (ARB) di level 107 atau terkoreksi 6,96 persen. 

Reli penurunan saham GOTO ini turut berdampak terhadap saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM). Meski berhasil berbalik arah ke zona positif pada perdagangan hari ini, TLKM sempat terpangkas cukup dalam dua hari lalu hingga 6,25 persen. 

Seperti diketahui, Telkom melakukan investasi di GOTO melalui anak usahanya, Telkomsel. Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM, mengatakan hal tersebut menjadi sentimen negatif bagi saham TLKM. 

"Sedikit banyak memang ada pengaruh penurunan harga TLKM dikaitkan dengan penurunan saham GOTO. TLKM sendiri masih memiliki unrealized loss di saham GOTO sekitar Rp 3 triliun," kata Roger kepada Republika.co.id, Rabu (7/12/2022).

Pada awal perdagangan hari ini, saham TLKM sempat menyentuh titik terendah dalam setahun terakhir yaitu di level 3.570. Pada rentang waktu yang sama, TLKM sempatencapai titik tertinggi di posisi 4.850. Sementara pada sesi pertama hari ini, TLKM berhasil melompat ke zona positif dan menguat 2,22 persen.

Menurut Roger, penurunan saham GOTO masih dipengaruhi sentimen kinerja yang membukukan kerugian hingga Rp 20 triliun per kuartal ketiga 2022. Selain itu, berakhirnya masa lock up turut mendapat respons negatif dari pelaku pasar. Dengan selesainya periode penguncian ini pemegang saham sebelum IPO bisa menjual sahamnya.

Secara umum, Roger melihat, sektor teknologi memang mendapat tekanan pada era kenaikan suku bunga. Kebijakan moneter ini disebut memberikan peluang terjadinya resesi sehingga memberikan sentimen negatif pada sektor teknologi.

Meski demikian, Roger optimistis peluang untuk sektor teknologi masih terbuka ke depan karena perkembangan digitalisasi akan terus berkembang. Beberapa saham di sektor teknologi juga masih mencatatkan kinerja baik seperti DCII, EDGE dan EMTK.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement