REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Kementerian BUMN melalui PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) yang merupakan anggota Holding BUMN Danareksa bersama Pemerintah Kota Surakarta berkomitmen membangkitkan kembali studio rekaman pertama di Indonesia melalui revitalisasi dan pengembangan Lokananta.
Direktur Utama PPA Yadi Jaya Ruchandi menyebut Lokananta sebagai studio rekaman pertama di Indonesia yang didirikan pada 1956 sebagai titik nol industri musik Indonesia.
"Ke depan, Lokananta akan menjadi creative & commercial hub (sentra kreativitas dan niaga bagi para musisi, seniman, serta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), sekaligus menjadi destinasi wisata edukatif bagi masyarakat," ujar Yadi saat konferensi pers Lokananta Reload di Lokananta Records, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Ahad (27/11).
Yadi mengatakan pengembangan revitalisasi Lokananta tak lepas dari dukungan Menteri BUMN Erick Thohir dan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming. Yadi menilai wajah baru Lokananta akan menghadirkan dampak sosial, pertumbuhan ekonomi, dan pelestarian budaya Indonesia.
"PPA sebagai bagian dari Holding BUMN Danareksa mendapatkan amanat dari Bapak Menteri BUMN Erick Thohir untuk merevitalisasi dan mengembangkan Lokananta yang merupakan aset milik Perum PNRI," ucap Yadi.
Yadi menyampaikan PPA berkolaborasi dengan PT Indah Karya (Persero) sebagai konsultan perencanaan, kontraktor PP Urban, arsitek Andramatin, dan M Bloc Group sebagai operator untuk bersama-sama merevitalisasi aset Lokananta.
Lokananta, sambung Yadi, nantinya akan memiliki lima pilar bisnis yang meliputi area pertunjukan amphitheater dan studio rekaman Lokananta Record; museum & arsip; merchandise dan pengelolaan kekayaan intelektual (intellectual property); galeri UMKM; serta sentra kuliner.
"Kelima pilar bisnis ini akan menjadikan Lokananta sebagai creative & commercial hub yang memberikan ruang kreativitas bagi para musisi, menyediakan panggung pertunjukan musik, dan menjadi etalase bagi UMKM lokal untuk memasarkan produk-produknya," kata Yadi.