REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah tantangan kondisi ekonomi global yang tidak menentu, para pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Tanah Air masih menunjukkan geliatnya. Kreativitas, inovasi, dan beragam solusi yang diciptakan oleh pelaku IKM membuat produk mereka semakin digemari konsumen lokal dan mancanegara, seiring gencarnya Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang diluncurkan pemerintah sejak 2020.
“Hal ini terbukti dari hasil partisipasi sejumlah IKM binaan Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian yang menunjukkan capaian transaksi cukup besar di pameran internasional Trade Expo Indonesia (TEI) bulan lalu,” kata Direktur Jenderal IKMA Kemenperin Reni Yanita di Jakarta, Kamis (24/11/2022). Ia menyebutkan, sejumlah IKM meraup penjualan yang menggembirakan pada pameran TEI tersebut.
“Laporan transaksi penjualan produk IKM yang difasilitasi Kemenperin mencapai lebih dari Rp 863 juta. Itu pun khusus produk pakaian jadi, alas kaki, aksesoris fesyen dan produk kulit. Potensi nilai transaksi produk makanan bahkan bisa lebih dari itu,” ujarnya.
Ditjen IKMA Kemenperin memfasilitasi 40 pelaku IKM ikut serta dalam pameran TEI yang diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan berkolaborasi dengan kementerian dan lembaga terkait. Dari 40 IKM itu, Ditjen IKMA memberikan fasilitasi anjungan berupa konstruksi boothyang dilengkapi prasarana display untuk 28 IKM di hall 10 dan 12 IKM fashion di hall 3A ICE BSD.
“IKM yang difasilitasi merupakan para IKM yang telah memiliki kemampuan dan kualitas produk siap ekspor, serta memiliki perizinan usaha dan ekspor yang lengkap,” ujar Reni. IKM sandang kulit yang difasilitasi, yaitu Ratna Art Shop, Steward Margrave, CV Abee Indonesia, Djoen Leather, Lovely Zia, Kekean Wastra Gallery, Mimpi Bags, CV. Karya Temanesia, Hajjas Official, Vonny&Ellen, CV Step Kreasi, dan PT Kreasi MKS Primoda.
“IKM ini tak hanya berasal dari Jawa, tapi juga dari Bali dan Nusa Tenggara Barat,” jelas dia. Dalam pameran TEI, lanjut Reni, produk-produk IKM mendapatkan sambutan hangat dari banyak pembeli, baik lokal maupun mancanegara.
Ia menyebutkan, berbagai produk IKM identik dengan keunikan dalam model, desain, dan cara produksinya. Ditambah lagi dengan kisah para makers yang juga mulai menjalankan bisnis yang berkelanjutan dengan tetap memperhatikan dampak lingkungan dan sosialnya.
"Story inilah yang menjadi nilai plus bagi IKM,” tuturnya. Sebagai contoh, produk wastra dari Kekean Wastra Gallery dengan produk fashion tenun Endek dan batiknya yang semakin naik daun setelah dipinang oleh rumah mode ternama Perancis, Christian Dior. Desain dengan kain tenun Endek Bali buatan Kekean berhasil menjadi salah satu koleksi Spring/Summer 2021 Christian Dior.
“Tak heran jika setelah itu Kekean Wastra Gallery semakin naik daun dan produknya diburu pembeli potensial di ajang TEI hingga total transaksinya mencapai lebih dari Rp 500 juta,” ungkap Reni. Tak hanya itu, CV Karya Temanesia yang memproduksi fashion dan aksesoris dari sutra yang dibudidayakan oleh petani lokal di Pasuruan dan Malang, juga mendapatkan sambutan positif dari para pembeli potensial di TEI.
Karya Temanesia telah memberdayakan petani sutra, pembatik dan petani ulat sutra di Jawa Timur untuk menghasilkan busana, syal, dan aksesoris fesyen berlabel KaIND. Pada gelaran TEI, transaksi produk KaIND juga mencapai lebih dari Rp100 juta.
Pameran TEI 2020 diikuti oleh 795 pelaku usaha dan terdapat 2.800 buyers dari 176 negara. Di booth Kemenperin, pengunjung yang hadir terdiri atasbuyer asing, ITPC, atase perdagangan, industri besar, retail, investor, dan masyarakat lainnya. Adapun pembeli yang telah resmi melakukan transaksi dengan IKM di anjungan Kemenperin yaitu berasal dari Malaysia, Australia, Sri Lanka, Yaman, Arab Saudi, Nigeria, dan Belanda. Sementara pembeli dari Amerika dan Meksiko masih menjadi potential buyer yang masih menjalani proses negosiasi.
Reni mengungkapkan, selain industri fashion dan kerajinan, transaksi produk makanan juga cukup moncer selama Pameran TEI berlangsung. Sebanyak 19 IKM pangan diboyong Kemenperin dalam TEI ini, yaitu dengan produk bumbu dan rempah, keripik singkong, olahan porang, pelapis makanan, teh kelor, buah dan sayur beku, madu murni, virgin coconut oil, kerupuk ikan, pasta dan aneka rendang, serta gula kelapa.
Adapun potensi transaksi terbesar berasal dari produk gula kelapa dengan calon buyer asal Australia. "Potensinya mencapai lebih dari Rp 13 miliar per tahun,” jelas dia.
Melalui fasilitasi pameran internasional ini, diharapkan IKM akan semakin menguasai pasar luar negeri dan mulai terbuka dengan target pasar non tradisional di tengah ancaman resesi global. Menurut Reni, peningkatan penyerapan pasar untuk produk IKM sangat ditentukan olehkemampuan peningkatkan daya saing para pelaku IKMsehingga produk yang dihasilkan dapat memenuhi faktor kualitas, kuantitas, harga pasar, dan ketersediaan produk sesuai waktunya.